Dari Cultural Memory Ke Cultural Identity: Tradisi Nyékar Wong Bakaran, Juwana, Pati, Jawa Tengah

Abstract

Tradisi nyekar bagi wong Bakaran menjadi cara bagi warga Bakaranuntuk menghormati Nyai Ageng Bakaran sebagai pendiri Desa Bakaran.Melalui fenomena tersebut, tujuan penelitian ini mengkaji makna yangterkandung dalam tradisi tersebut dan menjelaskan proses menjadiidentitas budaya yang terus dimaknai oleh pemangkunya. Metode penelitianyang digunakan adalah metode etnografi. Teknik pengumpulan datamenggunakan observasi, wawancara mendalam, wawancara tak berencana,dan wawancara sambil lalu. Hasil dari penelitian ini adalah ingatan bersamawong Bakaran tentang Nyai Ageng Bakaran sebagai pendiri desa membuatingatan tersebut diaktualisasikan dalam suatu bentuk tradisi, yaitu tradisinyekar. Tradisi tersebut adalah cara masyarakat menjaga ingatan bersamamengenai hal yang dianggap penting bagi mereka. Aktualisasi ingatan yangmenjadi suatu tradisi menjadikan tradisi tersebut sebagai suatu penandabagi jati diri mereka

The Origins and Values of Javanese Philosophy in Nyadran with Goat-Cow Slaughter

“…Traditions arise, among other factors, due to the collective memory of the community regarding the historical existence of a village or society that evolves into a cultural identity, as seen in the Bakaran, Pati, community. The community carries out traditions based on the belief in the history of Nyai Bakaran, subsequently guiding them to perpetuate these traditions as a cultural identity (Alfian, 2018). This study aligns with the theory of cultural memory, which represents the collective knowledge of society acquired through interactions and communications that occur across generations (Assman & Czaplicka, 1995).…”