Fraktur palatum pada trauma maksilofasial jarang terjadi dan seringkali disertai fraktur dentoalveolar. Fraktur palatum yang disertai fraktur dentoalveolar seringkali menimbulkan kesulitan dalam perawatan dan dapat menimbulkan deformitas lengkung rahang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fraktur palatum disertai fraktur dentoalveolar pada pasien trauma maksilofasial di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Metode: Jenis penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dari rekam medis sejak Januari 2019 sampai Desember 2020. Penelitian dilakukan di Klinik Bedah Mulut dan Maksilofasial di RS Hasan Sadikin Bandung tahun 2021. Variabel yang dikumpulkan meliputi usia, jenis kelamin, lokasi fraktur, klasifikasi fraktur palatum dan klasifikasi fraktur dentoalveolar. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi menggunakan distribusi frekuensi numerik dengan perhitungan menggunakan software SPSS V 26. Hasil: Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 12 pasien yang meliputi fraktur palatum disertai fraktur dentoalveolar. Usia terbanyak remaja akhir 17-25 tahun berjumlah 8 sampel. Jenis kelamin paling banyak terjadi pada laki laki 10 sampel. Lokasi fraktur palatum terbanyak pada sisi kiri tipe II dan tipe III sebanyak 50%. Klasifikasi fraktur dentoalveolar yang terbanyak adalah tipe V (7 sampel). Lokasi fraktur dentoalveolar di anterior pada semua sampel sebanyak (12 sampel). Klasifikasi fraktur palatum yang terbanyak adalah tipe II (5 sampel). Jenis perawatan terbanyak adalah closed reduction (11 sampel). Etiologi fraktur palatum disertai fraktur dentoalveolar semuanya dikarenakan kecelakaan bermotor. Simpulan: Karakteristik fraktur palatum yang disertai fraktur dentoalveolar pada pasien trauma maksilofasial di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang terbanyak usia remaja akhir, dengan jenis kelamin laki-laki, fraktur palatumnya tipe II dan III disertai fraktur dentoalveolar tipe V.