2021
DOI: 10.25126/jtiik.2021844377
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Deteksi Malaria Berbasis Segmentasi Warna Citra dan Pembelajaran Mesin

Abstract: <p class="Abstrak">Di beberapa daerah di Indonesia, malaria masih merupakan salah satu penyakit endemik dan termasuk ke dalam kategori penyakit menular dengan vektor nyamuk <em>Anopheles</em>. Penurunan jumlah mortalitas penderita malaria ini telah menjadi program Pemerintah Indonesia dan <em>World Health Organization</em>. Salah satu hal penting yang dapat dilakukan adalah menyediakan alat diagnosis malaria yang cepat dan akurat berbantukan komputer. Oleh karena itu, pada studi i… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
1
0
3

Year Published

2022
2022
2024
2024

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(4 citation statements)
references
References 0 publications
0
1
0
3
Order By: Relevance
“…Pada penelitian sebelum sebelumnya tentang malaria yaitu pada penelitian Deteksi parasit plasmodium pada citra mikroskopis hapusan darah dengan metode deep learning (Pratiwi, Ibrahim, Fu'adah, & Rizal Syamsul, 2021) menyimpulkan bahwa model CNN sederhana yang terdiri dari tiga hidden layer, dimana setiap hidden layer terdiri dari convolutional layer, RelU aktivasi dan max-pooling dapat melakukan identifikasi adanya parasit malaria pada citra mikroskopis hapusan darah Hasil pengujian dengan menggunakan tujuh optimizer yang berbeda, diperoleh hasil bahwa algoritma optimasi RMSProp memberikan kinerja terbaik dengan nilai presisi dan recall tertinggi sebesar 0,98, f1-score rata-rata sebesar 0,96 dan akurasi validasi sebesar 95,83%. Pada penelitian deteksi malaria berbasis segmentasi warna citra dan pembelajaran mesin (Setiawan, et al, 2019) didapati bahwa akurasi dengan menggunakan optimizer RMSProp 92,77% dan pada penelitian deteksi parasit malaria otomatis berbasis deep learning dari noda darah dan berbasis smartphone (Fuhad, et al, 2020) dimana akurasi penelitian ini mencapai 99,23%.…”
Section: Penelitian Terdahuluunclassified
“…Pada penelitian sebelum sebelumnya tentang malaria yaitu pada penelitian Deteksi parasit plasmodium pada citra mikroskopis hapusan darah dengan metode deep learning (Pratiwi, Ibrahim, Fu'adah, & Rizal Syamsul, 2021) menyimpulkan bahwa model CNN sederhana yang terdiri dari tiga hidden layer, dimana setiap hidden layer terdiri dari convolutional layer, RelU aktivasi dan max-pooling dapat melakukan identifikasi adanya parasit malaria pada citra mikroskopis hapusan darah Hasil pengujian dengan menggunakan tujuh optimizer yang berbeda, diperoleh hasil bahwa algoritma optimasi RMSProp memberikan kinerja terbaik dengan nilai presisi dan recall tertinggi sebesar 0,98, f1-score rata-rata sebesar 0,96 dan akurasi validasi sebesar 95,83%. Pada penelitian deteksi malaria berbasis segmentasi warna citra dan pembelajaran mesin (Setiawan, et al, 2019) didapati bahwa akurasi dengan menggunakan optimizer RMSProp 92,77% dan pada penelitian deteksi parasit malaria otomatis berbasis deep learning dari noda darah dan berbasis smartphone (Fuhad, et al, 2020) dimana akurasi penelitian ini mencapai 99,23%.…”
Section: Penelitian Terdahuluunclassified
“…The microscopic examination stage for the detection of malaria requires at least 100 fields of view to be checked, so the inspection activity takes a long time and is less efficient (Susanti et al, 2017). In addition, this microscopic examination requires skilled and experienced human resources and has a specificity rate of 99% and a sensitivity rate of 57% (Setiawan et al, 2021).…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%
“…Pengamatan mikroskop cahaya oleh tenaga kesehatan masih banyak dilakukan secara manual, misalnya untuk mendapatkan fokus pada lensa okuler dan objektif perlu menggeser meja preparat sejumlah 100 lapang pandang [3]. Kemudian pengamatan objek pada lensa okuler setiap lapang pandangnya tentu akan melelahkan dan memerlukan waktu yang lama [4,5].…”
unclassified