Pengangguran usia muda merupakan salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan saat ini. Pada Agustus 2021 tingkat pengangguran terbuka (TPT) usia muda Indonesia sebesar 19,55 persen. Dengan kata lain, satu dari lima angkatan kerja muda adalah pengangguran. Bahkan, angka tersebut lima kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok usia dewasa. Kelompok usia muda diharapkan dapat produktif agar tidak menjadi beban pembangunan karena Indonesia telah memasuki era bonus demografi, yaitu saat di mana angka ketergantungan paling rendah karena peningkatan kelompok usia produktif yang begitu besar yang diperkirakan berlangsung pada tahun 2012-2037. Dengan menggunakan analisis regresi logistik biner, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan bersertifikat, karakteristik lulusan, dan disabilitas terhadap pengangguran usia muda di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, dengan menggunakan variabel kontrol sosial demografi, angkatan kerja muda yang pernah mengikuti pelatihan bersertifikat di masa lalu memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk menganggur. Di sisi lain, mereka yang tergolong sebagai fresh graduate dan memiliki disabilitas memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menganggur. Pelatihan bersertifikat berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian sehingga lebih siap untuk bekerja. Bagi mereka yang merupakan lulusan fresh graduate yang masih minim pengalaman kerja, program link and match ketenagakerjaan dapat menjadi jembatan untuk dapat masuk dalam Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) sesuai dengan jurusan yang diambil. Selanjutnya, diperlukan program khusus bagi mereka yang mengalami disabilitas untuk mempermudah akses mereka dan meningkatkan peluang mereka untuk dapat berperan aktif dalam pasar tenaga kerja.
Kata kunci: Pengangguran usia muda, pelatihan bersertifikat, karakteristik lulusan, disabilitas, Link and Match ketenagakerjaan.