Latar BelakangKetebalan kornea sentral merupakan parameter penting dalam menilai keadaan kornea dan memiliki korelasi dengan kelainan refraksi di mana mata miopia memiliki ketebalan kornea sentral yang paling tipis. Menurut Riskesdas tahun 2018, terdapat 2.133.017 orang yang mengalami penurunan penglihatan dan 42% disebabkan oleh gangguan refraksi. Salah satu penanganan miopia adalah dengan melakukan tindakan bedah LASIK namun dalam prosesnya dapat terjadi komplikasi. Salah satu faktor risiko terjadinya komplikasi pasca LASIK adalah ketebalan kornea sentral yang kurang dari 500 mikron. Tujuan penelitian adalah menilai hubungan derajat miopia dan ketebalan kornea sentral pada usia 18-40 tahun.
Metode Desain studi adalah potong lintang yang datanya diambil dari 124 rekam medis dari Gading Laser Eye Center dengan subjek berusia 18-40 tahun, terdiri dari 88 laki-laki dan 36 perempuan. Variabel yang dikumpulkan adalah inisial nama, usia, jenis kelamin, ketebalan kornea sentral, dan derajat miopia. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p<0.05.
HasilKarakteristik responden terbanyak berusia 18-28 tahun (87.9%), didominasi oleh laki-laki (71.0%). Untuk derajat miopia paling banyak adalah derajat ringan (48.4%) dan ketebalan kornea sentral didominasi oleh menipis (63.7%). Hasil analisis data berdasarkan uji Chi-square mengenai derajat miopia dengan ketebalan kornea sentral pada usia 18-40 tahun menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna (p=0.001).
KesimpulanTerdapat hubungan antara derajat miopia dengan ketebalan kornea sentral pada usia 18-40 tahun.