ABSTRAKPendahuluan. Mencapai kontrol asma masih merupakan tujuan yang sulit dicapai sebagian besar pasien meskipun telah tersedia pedoman manajemen asma internasional dan terapi yang terbukti efektif. Tingkat kontrol asma yang rendah diantaranya disebabkan kepatuhan terhadap pengobatan yang rendah. Hingga saat ini faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien asma tidak terkontrol masih sedikit diteliti. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil kepatuhan berobat pada pasien asma tidak terkontrol dan hubungan antara faktor terkait pasien, faktor terkait penyakit, faktor terkait pengobatan, faktor terkait sosial ekonomi dan faktor terkait sistem pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan berobat pasien asma tidak terkontrol Metode. Penelitian potong lintang terhadap pasien asma tidak terkontrol yang datang ke poliklinik alergi dan imunologi RSCM dari bulan Februari 2012 hingga Mei 2012. Semua pasien asma yang memenuhi kriteria dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis lengkap, pengisian kuesioner, tes kontrol asma, tes Beck Depression Inventory dan Asthma General Knowledge Questionnaire. Analisis awal hubungan kepatuhan dengan faktor-faktor yang diteliti menggunakan uji Chisquare. Kemudian dilanjutkan dengan regresi logistik untuk setiap variabel yang bermakna.Hasil. Dari 125 pasien asma tidak terkontrol didapatkan kepatuhan rendah sebesar 56 %. Dilakukan analisis bivariat terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan yaitu usia, pendidikan, pengetahuan asma, penghasilan, depresi, sediaan obat yang digunakan, keyakinan pasien terhadap dokter, asuransi kesehatan dan hubungan keluarga dan didapatkan pengetahuan bermakna dengan p=0,001 (IK 1,789). Kemudian dilakukan regresi logistik didapatkan pengetahuan paling berpengaruh terhadap kepatuhan (p=0,003) dengan OR 6,933 (IK 1,789) Simpulan. Kepatuhan berobat pada pasien asma tidak terkontrol masih rendah dengan pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan.
Kata kunci. asma, kepatuhan
PENDAHULUANAsma merupakan penyakit peradangan kronis pada saluran napas yang diderita lebih dari 300 juta orang didunia.1,2 Secara umum, prevalensi asma cenderung meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju maupun berkembang.2-4 Berdasarkan data di Amerika pada tahun 2009, 1 dari 12 orang (sekitar 25 juta,atau 8% dari populasi) menderita asma. Angka ini merupakan peningkatan dari prevalensi tahun 2001 yaitu 1 dari 14 (sekitar 20 juta, atau 7%).
4Di Indonesia secara nasional prevalensi asma juga meningkat dari 4,2 % tahun 1995 menjadi 5,4 % tahun 2001. Kota Jakarta sendiri memiliki prevalensi gejala asma yang cukup besar yaitu 7,5 % pada tahun 2005. Masalahnya bukan sekedar kenaikan prevalensi semata, tetapi yang tidak kalah penting adalah dampak dari asma itu sendiri.
5Tujuan pengobatan asma adalah untuk mencapai dan mempertahankan kontrol klinis.2-6 Mencapai kontrol asma masih merupakan tujuan yang sulit dicapai oleh sebagian besar pasien. Kenyataan ini terus terjadi meskipun telah tersedianya pedoman manajemen asma internasional selama le...