Introduction to Digital Humanism 2023
DOI: 10.1007/978-3-031-45304-5_35
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Digital Labor, Platforms, and AI

Luke Munn

Abstract: This chapter examines the role that platform labor plays in the development of contemporary AI systems. While such systems are often touted as magical innovations, they are typically propped up by vast amounts of human laborers, who clean the data, manually label key features, and moderate toxic content, among other tasks. Proponents claim these tasks offer flexibility and pay; critics counter that this work is exploitative and precarious, taking advantage of the already marginalized. This chapter surfaces thi… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2024
2024
2024
2024

Publication Types

Select...
3
2

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(1 citation statement)
references
References 34 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…pekerja digital atau digital labor (Xia, 2021), mulai dari klas pekerja prekariat---yang oleh sebagian ahli dilihat sebagai "klas yang paling miskin secara ekonomi dan paling berkekurangan dari tujuh klas yang teridentifikasi," (Savage, dkk., 2013), atau "a potentially transformative new mass class" (Standing, 2014)---, kaum pekerja migran di Global North (Lewis, dkk., 2015), student-workers (Campbell & Price, 2016), sampai dengan para pekerja teknologi yang berkecukupan (affluent tech workers) (Dorschel, 2022). Ringkasnya, semua pekerja yang job desk-nya difasilitasi oleh dan tergantung pada penggunaan teknologi digital kiwari, khususnya internet, media sosial, dan kecerdasan buatan, dalam lingkup kapitalisme digital, entah secara langsung maupun tidak langsung, dan berhadapan dengan risiko-risiko kerja dalam pasar tenaga kerja yang semakin tidak aman (Fuchs, 2014;Chun & Agarwala, 2016;Dorschel, 2022;Jarrett, 2022;Munn, 2024).…”
unclassified
“…pekerja digital atau digital labor (Xia, 2021), mulai dari klas pekerja prekariat---yang oleh sebagian ahli dilihat sebagai "klas yang paling miskin secara ekonomi dan paling berkekurangan dari tujuh klas yang teridentifikasi," (Savage, dkk., 2013), atau "a potentially transformative new mass class" (Standing, 2014)---, kaum pekerja migran di Global North (Lewis, dkk., 2015), student-workers (Campbell & Price, 2016), sampai dengan para pekerja teknologi yang berkecukupan (affluent tech workers) (Dorschel, 2022). Ringkasnya, semua pekerja yang job desk-nya difasilitasi oleh dan tergantung pada penggunaan teknologi digital kiwari, khususnya internet, media sosial, dan kecerdasan buatan, dalam lingkup kapitalisme digital, entah secara langsung maupun tidak langsung, dan berhadapan dengan risiko-risiko kerja dalam pasar tenaga kerja yang semakin tidak aman (Fuchs, 2014;Chun & Agarwala, 2016;Dorschel, 2022;Jarrett, 2022;Munn, 2024).…”
unclassified