Digital Transformation in The Agriculture Sector: Exploring The Shifting Role of Extension Workers

Sugihono, Chris; Juniarti, Hafni Amalia; Nugroho, Novendra Cahyo

doi:10.14203/stipm.2022.350

Cited by 6 publications

(4 citation statements)

References 45 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…They now serve as informants, consultants, advisors, facilitators, mediators, and promoters. Additionally, they will take on new roles as content creators, influencers, gatekeepers, big data analysts, creators of artificial intelligence, and developers of gamification strategies (Sugihono et al, 2022). They can teach farmers how to determine the accuracy and reliability of the information, recognize media biases, and critically analyze media techniques used to persuade and influence audiences.…”

Section: Incorporate Media Literacy Education Into Farmer Field Schoo...mentioning

confidence: 99%

“…Agricultural extension and advisory services (AAS) focus on providing authentic and reliable information to support the livelihood improvement of clients. As there is an increasing trend of digitalization of AAS (Sugihono et al, 2022), the generation and diffusion of agricultural information have become susceptible to misinformation and disinformation (Dilleen et al, 2023)-broadly defined as spreading false information to cause harm or deceive (Baines & Elliott, 2020;Lewandowsky et al, 2017;Wardle & Derakhshan, 2017)-especially within the digital spheres. With the increased penetration of the Internet and social media, the risk of ill information has increased, and it opens doors for everyone to become a producer and consumer of information (Allcott et al, 2019;Anderson & Rainie, 2017;Berriche & Altay, 2020).…”

Section: Introduction and Problem Statementmentioning

confidence: 99%

See 1 more Smart Citation

Participatory and community-based approach in combating agri-food misinformation: A Scoping Review

Chowdhury,

Kabir,

Asafo-Agyei

et al. 2024

Adv Ag Dev

View full text Add to dashboard Cite

The spread of ill information with or without the intention of deceiving or causing harm has negatively impacted agricultural development both in social and digital spaces. This has led to a lack of trust in adopting new technologies and practices, which has hindered the process of facilitating agricultural development. Although the study of agri-food misinformation is still in its early stages, this paper draws on a scoping review of existing literature and lessons learned from other fields, such as political science and public health, which have extensive experience in combating misinformation in social settings. The article explores how Farmer Field Schools (FFS), a popular participatory and community-based approach, can incorporate media literacy education and how a local agricultural information hub, platform approach and a relatively new approach called technology stewardship in agricultural extension can help those working in the agri-food industry combat misinformation.

show abstract

Section: Incorporate Media Literacy Education Into Farmer Field Schoo...mentioning

confidence: 99%

Section: Introduction and Problem Statementmentioning

confidence: 99%

Participatory and community-based approach in combating agri-food misinformation: A Scoping Review

Chowdhury,

Kabir,

Asafo-Agyei

et al. 2024

Adv Ag Dev

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…(Hg, Penyuluh Kabupaten Y) Adanya transformasi digital memang mendorong efisiensi dan efektifitas. Namun ada juga sisi lain dimana teknologi meninggalkan petani-petani yang tidak memiliki kecakapan digital akibat kesenjangan pengetahuan dan keterampilan (Sugihono et al, 2022). Terhadap fenomena tersebut, penyuluh pertanian memiliki fungsi strategis untuk membumikan atau menerjemahkan berbagai informasi digital menjadi informasi yang lebih dipahami masyarakat awam.…”

Section: Penyuluh Profesional DI Era Digitalisasiunclassified

Tantangan Menjadi Penyuluh Kekinian di Era Disrupsi

Partini,

Sri Peni Wastutiningsih,

Novendra Cahyo Nugroho

et al. 2024

Jupe

View full text Add to dashboard Cite

Perkembangan sektor pertanian saat ini dihadapkan dengan berbagai dilema terkait dengan revolusi teknologi 4.0, seperti disrupsi, perubahan iklim, pandemi Covid-19, bencana alam, kemiskinan dan kecukupan pangan nasional. Tantangan ini memerlukan respons dari berbagai pihak dan para pemangku kepentingan, khususnya penyuluh pertanian sebagai ujung tombak di sektor ini. Berbagai permasalahan masih menyelimuti keberadaan penyuluh pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas, mulai dari penguasaan dan akses pada teknologi informasi, kebijakan, pembiayaan, akses pasar serta dinamika kelembagaan yang terus mewarnai kinerja penyuluh pertanian. Berkembangnya digitalisasi pertanian diharapkan dapat membantu penyuluh pertanian bersikap lebih inovatif, adaptif, kolaboratif, dan profesional dalam menjalankan profesinya agar eksistensinya tidak tersisih dan terabaikan dari laju percepatan pembangunan pertanian berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tantangan penyuluh pertanian agile di Yogyakarta dan sekitarnya dalam menghadapi revolusi 4.0. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan konstruktivisme kritis. Informan dalam penelitian ini terdiri dari penyuluh pertanian dan petani. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak sembilan informan, dengan enam informan merupakan penyuluh pertanian dan tiga informan merupakan petani. Informan berasal dari dua kabupaten, yaitu Kabupaten Klaten dan Kabupaten Bantul. Setidaknya terdapat tiga tantangan penyuluh, yaitu: (1) Kurangnya kemampuan berkaitan dengan digitalisasi dan gawai, sebagian penyuluh tidak percaya diri; (2) Dukungan biaya operasional yang dirasa kurang dalam mendukung operasional Balai Penyuluh Pertanian; dan (3) Banyaknya aplikasi akibat digitalisasi yang justru memberikan administratif yang berdampak pada kinerja penyuluh. Penelitian ini menyimpulkan: (1) Penyuluh profesional dituntut dapat menyesuaikan diri dan perannya sesuai dengan perkembangan dan perubahan peradaban manusia yang selalu didukung oleh perkembangan teknologi digital; (2) Kunci utama sebagai penyuluh profesional adalah mengedepankan pendekatan yang humanis melalui pendekatan interpersonal. Dukungan anggaran dan kebijakan juga diperlukan dalam rangka mewujudkan penyuluh profesional di era kekinian.

show abstract

“…Teknologi dalam pertanian menimbulkan multiplier effect yang positif karena dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu proses. Namun di sisi lain, hadirnya teknologi juga menjadi tantangan karena adanya kesenjangan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki khususnya bagi para pelaku industri pertanian kecil (Sugihono et al, 2022). Berdasarkan fakta di lapangan, diketahui bahwa para pelaku industri pertanian masih nyaman dengan skema atau sistem tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu.…”

Section: Aplikasi Dan Perkembangan DI Indonesiaunclassified

Potensi Penerapan Teknologi Digital Twin pada Industri Pertanian dan Pangan di Indonesia: Sebuah Tinjauan Literatur

Baladraf

2024

Tekno. J. Ind. Tek.. Pert.

View full text Add to dashboard Cite

Persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan konsumen yang semakin meningkat menuntut industri pertanian dan pangan bergerak secara efisien, cepat, dan tepat. Guna memenuhi kebutuhan tersebut kemampuan untuk melakukan peramalan secara akurat dan meminimalisir kesalahan yang terjadi menjadi suatu hal yang dibutuhkan oleh industri pertanian dan pangan di Indonesia. Digital twin merupakan replika digital dari entitas dunia nyata yang menghasilkan informasi aktual. Tujuan dari literature review ini adalah untuk memberikan gambaran tentang status perkembangan digital twin saat ini dan potensi penerapannya di bidang industri pertanian dan pangan Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review melalui database ilmiah Web of Science, Sciencedirect, dan Google Scholar dengan kata kunci digital twin dan agriculture. Kriteria inklusi dan eksklusi digunakan untuk mengeliminasi sumber yang tidak berkaitan sehingga didapatkan referensi sesuai dengan kebutuhan dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa digital twin menjadi teknologi potensial jika diterapkan di industri pertanian dan pangan karena digital twin menimbulkan multiplier effect dengan menciptakan manajemen pertanian yang terpadu mulai dari pra-panen, panen, pasca panen. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada industri pertanian yang menerapkan digital twin dalam prosesnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan terdapat tantangan antara lain 1) ketersediaan infrastruktur, 2) tingginya biaya investasi, 3) penerimaan pelaku industri pertanian, 4) kualitas data, dan 5) ketersediaan tenaga ahli. Hadirnya riset ini harapannya dapat menjadi inisiasi guna mengenalkan teknologi digital twin sekaligus membuka pandangan bagi para pelaku industri pertanian dan pangan untuk menerapkan teknologi digital twin di Indonesia.

show abstract

Digital Transformation in The Agriculture Sector: Exploring The Shifting Role of Extension Workers

Cited by 6 publications

References 45 publications

Participatory and community-based approach in combating agri-food misinformation: A Scoping Review

Participatory and community-based approach in combating agri-food misinformation: A Scoping Review

Tantangan Menjadi Penyuluh Kekinian di Era Disrupsi

Potensi Penerapan Teknologi Digital Twin pada Industri Pertanian dan Pangan di Indonesia: Sebuah Tinjauan Literatur

Contact Info

Product

Resources

About