Indonesia memiliki Indeks Pembangunan Manusia yang rendah, yang menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakatnya. Selain itu, Indonesia menghadapi banyak masalah sosioekonomi, termasuk populasi yang berlebihan, kemiskinan, tingkat pengangguran yang tinggi, dan sistem pendidikan yang buruk. Masalah-masalah ini dapat memengaruhi masyarakat, termasuk meningkatkan kejahatan. Banyak indikator yang umum digunakan dalam bidang statistik kriminal untuk mengukur kejahatan dari perspektif yang luas dan untuk menilai tingkat keparahannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan distribusi tingkat kejahatan secara keseluruhan di antara provinsi-provinsi Indonesia, dengan penekanan khusus pada Sumatra dan Jawa. Studi ini menggunakan data dari Badan Pusat Statistik dari tahun 2010 hingga 2020 tentang jumlah kejahatan yang dilaporkan oleh petugas polisi regional. Objek yang diamati di masing-masing provinsi dikelompokkan ke dalam kelompok yang saling terkait menggunakan teknik pembelajaran tidak terbimbing dengan algoritma klasifikasi K-Means. Hasil menunjukkan bahwa antara tahun 2010 dan 2020, provinsi Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, dan Banten memiliki tingkat kejahatan terendah dibandingkan provinsi lain di Sumatra dan Jawa. Hasil ini menunjukkan bahwa ketiga provinsi ini mungkin memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengatasi masalah sosioekonomi yang diketahui berkontribusi pada kejahatan.