Latar Belakang
Asap rokok merupakan sumber utama pajanan terhadap karbon monoksida (CO) selain polusi udara. Saat asap rokok terinhalasi, karbon monoksida akan diabsorpsi melalui paru, masuk ke dalam aliran darah kemudian akan berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk karboksi – hemoglobin (COHb) yang kadarnya dalam darah dapat diukur sebagai marker absorpsi asap rokok. Baik rokok atau CO dapat mempengaruhi fungsi paru, setelah merokok maka kadar CO dalam darah akan meningkat dan fungsi paru akan menurun secara bermakna.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain potong lintang dengan besar sampel 99 responden. Pengambilan data pada bulan September-Desember 2022 dengan menggunakan kuesioner Indeks Brinkman, Fagerstrom Test for Nicotine Dependence (FTND), pengukuran CO ekspirasi dan pemeriksaan spirometri
Hasil
Sebanyak 47.5% responden memiliki kadar CO ekspirasi sebesar 0-6 ppm yang masih berada pada zona hijau, 77.8% responden merokok, 57.6% memiliki skor FTND 0-2, sebanyak 51.5% mengalami gangguan restriksi dan 79.5% responden mengalami gangguan obstruksi saluran napas. Kadar CO ekspirasi berkorelasi erat dengan indeks Brinkman (r=0.654, p=0.000), dan berkorelasi sedang bermakna dengan skor FTND (r=0.544, p=0.000). Tidak ada korelasi kadar CO ekspirasi, indeks Brinkman dan ketergantungan terhadap nikotin dengan fungsi paru.
Kesimpulan
kadar CO ekspirasi berkorelasi erat dengan rokok dan ketergantungan nikotin tetapi tidak berkorelasi dengan fungsi paru.