Ikan lemuru (Sardinella lemuru) merupakan sumberdaya perikanan yang melimpah di Selat Bali dan memiliki nilai ekonomis yang rendah. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, ikan lemuru dapat diolah menjadi produk diversifikasi yang banyak digemari masyarakat yaitu bakso ikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memproduksi bakso ikan lemuru dengan empat konsentrasi daging dan tepung tapioka (P0, P1, P2, dan P3). Tingkat penerimaan konsumen dianalisis melalui pengujian organoleptik menggunakan 30 panelis tidak terlatih. Pengujian logam berat sebagai salah satu jaminan keamanan produk dilakukan menggunakan metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Hal ini dikarenakan wilayah penangkapan ikan lemuru di Selat Bali merupakan wilayah perairan yang mengalami banyak pencemaran akibat kegiatan penangkapan ikan dan industri. Hasil pengujian organoleptik pada bahan baku menunjukkan nilai rata-rata delapan untuk seluruh atribut yang menandakan bahwa ikan lemuru berada dalam kondisi segar. Kandungan logam berat pada bahan baku juga masih di bawah ambang batas menurut Standar Nasional Indonesia (SNI). Disamping itu, penambahan daging ikan lemuru dan tepung tapioka memberikan hasil yang signifikan terhadap nilai organoleptik dengan formulasi terbaik (P1) sebesar 7,34 (kenampakan), 7,92 (bau), 8,36 (rasa) dan 7,85 (tekstur) (p<0,05). Konsentrasi logam berat pada bakso ikan tidak dipengaruhi oleh penambahan tepung dan berada di bawah ambang batas dengan konsentrasi (mg/kg) pada perlakukan terbaik (P1) sebesar 0,007±0,0010 (Hg) (p<0,05), 0,0010±0,0010 (Pb) (p>0.05) dan 0,0020±0,0013 (Cd) (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa produk bakso ikan lemuru disukai oleh konsumen dan memiliki konsentrasi logam berat pada rentang yang aman.