Informasi peringatan dini terhadap bencana alam menjadi penting bagi kehidupan manusia, mengingat kondisi Indonesia yang menduduki peringkat atas dari negara lainnya dalam urutan daerah rawan bencana. Banyaknya korban jiwa sejak bencana tsunami 2004, membuat pemerintah berupaya untuk memberikan peringatan kepada masyarakat terkait gejala alam yang terjadi sedini mungkin. Salah satunya adalah dengan proses diseminasi yang dilakukan oleh BMKG. Dalam proses diseminasi yang dilakukan, BMKG harus memastikan bahwa informasi berhasil disebarkan, media yang digunakan tepat dan masyarakat sebagai penerima pesan memahami informasi yang diterima. Hasil analisis terhadap penelitian terdahulu menegaskan bahwa penyebaran peringatan dini melalui media sosial terbukti lebih efektif dibandingkan dengan media lainnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus dan melakukan wawancara kepada informan kunci, yaitu: Pengamat Meteorologi, Stasiun Meteorologi Kelas III Gewayantana Larantuka, Flores Timur. Penelitian ini menggunakan konsep Komunikasi Bencana Haddow dan Haddow. Hasil penelitian pada Masyarakat Desa Lamanele ditemukan bahwa peringatan dini telah disebarkan oleh BMKG kepada pemerintah setempat melalui media sosial dimulai sejak enam hari sebelum terjadinya bencana longsor, namun faktor keterbatasan akses informasi dan sikap kurang responsif dari masyarakat, membuat proses diseminasi peringatan dini cuaca BMKG belum efektif, sehingga bencana longsor pada tanggal 4 April 2021 merenggut korban jiwa.