2021
DOI: 10.36379/shine.v1i2.155
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Efektivitas Pelatihan Berpikir Positif Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Siswa Tunarungu SLB Negeri Saronggi

Abstract: Keterbatasan kecakapan berbahasa mengakibatkan adanya kesulitan berkomunikasi bagi siswa-siswa tunarungu ini yang kemudian berimbas pada perasaan kurang percaya diri. Selain adanya kesulitan berkomunikasi, keterbatasan berbahasa, sikap masyarakat, dan kegagalannya dalam banyak hal menyebabkan emosi anak turarungu tidak stabil. Umumnya mereka selalu ragu-ragu dan segala perilakunya senantiasa disertai perasaan cemas. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan pendekatan kuantitatif eksperimen dengan… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2022
2022
2022
2022

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 9 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Hilangnya fungsi indera pendengaran tersebut juga mengakibatkan keterbatasan berkomunikasi secara verbal pada anak tunarungu. Sebagai akibat keterbatasan dalam berkomunikasi, anak tunarungu cenderung untuk bergaul atau bersosialisasi dengan sesama tunarungu, mereka menarik diri dari lingkungan orang mendengar (Alshawabkeh et al, 2021;Azizah & Fatayati, 2021;Wurdinger & Qureshi, 2015). Dalam karakteristik anak tunarungu khususnya pada kemampuan bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka (Hidayat et al, 2017;Rahmah, 2018;Zulmiyetri, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hilangnya fungsi indera pendengaran tersebut juga mengakibatkan keterbatasan berkomunikasi secara verbal pada anak tunarungu. Sebagai akibat keterbatasan dalam berkomunikasi, anak tunarungu cenderung untuk bergaul atau bersosialisasi dengan sesama tunarungu, mereka menarik diri dari lingkungan orang mendengar (Alshawabkeh et al, 2021;Azizah & Fatayati, 2021;Wurdinger & Qureshi, 2015). Dalam karakteristik anak tunarungu khususnya pada kemampuan bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka (Hidayat et al, 2017;Rahmah, 2018;Zulmiyetri, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified