Hipertensi disebut sebagai pembunuh diam-diam karena termasuk penyakit mematikan tanpa gejala-gejalanya peringatan. Pada dasarnya pengobatan hipertensi dilakukan dengan dua cara, menggunakan obat (farmakologis) dan tanpa obat (nonfarmakologis). Pengobatan hipertensi tanpa obat cenderung menggunakan cara alami berbasis empiris, salah satunya adalah metode akupresur. Terapi non farmakologis yang sering digunakan umumnya adalah terapi kerokan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kerokan dan akupresur terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Studi ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental dengan rancangan tes sebelum dan sesudah serta menggunakan kontrol. Kelompok perlakuan dilakukan kerokan dan akupresur sedang kelompok kontrol hanya dilakukan akupresur saja pada 15 responden di setiap kelompok. Sebanyak 30 responden telah diidentifikasi Mean Arterial Pressure (MAP) sebelum dan setelah perlakuan. Selisih rerata MAP kelompok intervensi setelah diberikan perlakuan sebesar 11,18 mmHg dan kelompok kontrol sebesar 6,67 mmHg dengan signifikansi p= 0,021 yang berarti terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan kontrol dan terapi kombinasi kerokan dengan akupresur lebih baik dibandingkan akupresur dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Terapi kombinasi kerokan dan akupresur dapat dipertimbangkan sebagai alternatif terapi non farmakologis bagi penderita hipertensi.
Hypertension is known as the silent killer because it is a deadly disease without warning symptoms. Essentially, hypertension treatment is carried out in two ways: pharmacologically (using medication) and non-pharmacologically (without medication). Non-pharmacological hypertension treatment tends to use natural, empirically-based methods, one of which is acupressure. A standard non-pharmacological therapy is "kerokan" (a traditional Indonesian scraping technique). This study aims to determine the effect of "kerokan" and acupressure on blood pressure in hypertension patients. This study uses a pre-experimental design with pre-and post-tests, including a control group. The treatment group received both "kerokan" and acupressure, while the control group received only acupressure, with 15 respondents in each group. A total of 30 respondents had their Mean Arterial Pressure (MAP) measured before and after the treatment. The mean difference in MAP in the intervention group after treatment was 11.18 mmHg, and in the control group, it was 6.67 mmHg, with a significance of p=0.021, indicating a difference between the intervention and control groups. The combination therapy of "kerokan" and acupressure was more effective in reducing blood pressure in hypertension patients than acupressure alone. The combination therapy of "kerokan" and acupressure can be considered as an alternative non-pharmacological treatment for hypertension patients.