Phytic acid has been considered as an antinutrient in broiler diet due to its strong chelator of divalent minerals. Phytic acid has ability for binding positively charged proteins, amino acids, and/or multivalent cations or minerals. The resulting complexes are insoluble, difficult to be hydrolyzed during digestion in poultry, and thus, nutritionally less available for absorption. The reduction of phytate activity can be carried out by phytase supplementation. The application of phytase with respect to animal feed supplement is reviewed in this paper. Application of phytase in broiler diet may liberate cations and other nutrients bound by phytate-P complexes resulting in improved production parameters in broilers. This is because phytase supplement increased nutrient (protein, minerals, amino acid, energy, and carbohydrate) digestibilities and availabilities. Overall, phytase could increase nutrient utilization in broiler, hence, increase the economic efficiency of broiler production and reduce the phosphor pollution to the environment.
Key words: Phytic acid, phytase, broiler, growth
ABSTRAKAsam fitat dianggap sebagai zat antinutrisi dalam ransum ayam pedaging karena mampu mengikat mineral bervalensi dua, disamping zat gizi lain seperti protein atau asam amino. Hasil pengikatan asam fitat dengan zat gizi menyebabkan zat gizi tersebut tidak dapat dicerna dalam saluran pencernaan ayam sehingga menurunkan tingkat ketersediaan untuk metabolisme dalam tubuh ayam pedaging. Penanganan zat antinutrisi asam fitat dapat dilakukan melalui suplementasi fitase ke dalam ransum. Beberapa studi menunjukkan bahwa suplementasi fitase ke dalam ransum ayam pedaging mampu meningkatkan pertumbuhan karena meningkatnya kecernaan zat gizi (protein, asam amino, energi, karbohidrat dan mineral) dalam usus. Penggunaan enzim fitase dalam ransum ayam pedaging juga meningkatkan efisiensi ekonomi dan menekan cemaran fosfor terhadap lingkungan.
Kata kunci: Asam fitat, fitase, ayam pedaging, pertumbuhan
PENDAHULUANPenambahan bahan sumber fosfor ke dalam ransum ayam pedaging akan menyebabkan sebagian besar dari fosfor tersebut terekskresikan melalui feses dan akan menyebabkan pencemaran air dan tanah, terutama ketika feses tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk (Toth et al. 2006;Costa et al. 2008;Guo et al. 2009). Dampak negatif bagi lingkungan tersebut jika tidak dikendalikan akan berdampak negatif pula terhadap sektor peternakan karena dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan sehingga suatu waktu dapat dipolitisasi sebagai dasar dilakukannya tekanan terhadap sektor peternakan untuk menghentikan aktivitas peternakannya.Upaya pengurangan jumlah bahan pakan sumber fosfor yang digunakan dalam ransum ayam pedaging penting dilakukan karena akan mengurangi pengeluaran fosfor lewat feses sehingga akan menekan pencemaran lingkungan oleh fosfor yang berasal dari feses. Strategi dalam upaya untuk menekan pencemaran fosfor terhadap lingkungan dari cemaran fosfor yang terkandung dalam feses ternak ayam atau ternak monogastrik adalah melalui penin...