Eksistensi Storytelling Berbasis Cerita Rakyat sebagai Upaya Menumbuhkan Karakter Kepedulian Sosial Anak

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perubahan sikap anak berusia 5-6 tahun sebelum dan sesudah dilakukan storytelling. Jenis penelitian berupa penelitian kualitatif yang mengaplikasikan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dengan mengaplikasikan: tehnik observasi, wawancara beserta dokumentasi. Observasi terhadap aktivitas anak yang berjumlah 11 anak. Dari hasil penelitian terlihat anak cenderung antusias serta mendalami hal yang dikisahkan, rasa ingin tahu anak mengalami peningkatan, serta anak dapat menyesuaikan diri dengan temannya. Beberapa cerita rakyat yang disampaikan kepada anak sudah disederhanakan oleh guru agar isi cerita lebih ringkas dan mudah dipahami anak. Perubahan perilaku yang terlihat anak yang awalnya masih acuh dengan temannya setelah diberikan treatment storytelling anak mulai menunjukkan sikap tolong menolong, saling memberi, serta berkerja sama dengan teman. Nilai karakter kepedulian sosial dapat diperoleh dari kegiatan pembiasaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari anak usia 5-6 tahun seperti bersedekah, berbagi dengan teman, mengajak anak bertanggung jawab, kerjasama dengan anak, bermain bersama teman. Karakter kasih sayang, tanggung jawab dan tolong menolong juga bisa dipupuk dari rumah.

Pengaruh Storytelling Bermuatan Nilai Nilai Pancasila Terhadap Kemampuan Berperilaku Sosial Anak Usia Dini Kelompok Usia 4-5 Tahung

“…Perilaku merupakan suatu aksi dan reaksi anak dalam berbagai situasi dilingkungannya, sehingga perilaku sosial merupakan salah satu kegiatan sosial anak usia dini, di mana anak akan saling berbagi, tolong menolong, bekerja sama, dan saling membutuhkan satu sama lain (Herminastiti et al, 2019;Massa et al, 2020). Secara umum prilaku sosial sosial diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingkah laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya mengembangkan sikap sosial yang layak diterima oleh orang lain (Retnasari et al, 2023;Sudyana et al, 2020;Susanti et al, 2020). Perilaku sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai stimulus yang diberikan lingkungannya, selain itu orang tua juga mempunyai peran penting mengembangkan konsep dalam diri anak (Dewi et al, 2020;Junita & Anhusadar, 2021).…”

“…Storytelling pada dasarnya merupakan suatu kegiatan bercerita yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan (Nurzaman et al, 2020;Ramdhani et al, 2019). Storytelling dapat digunakan sebagai sarana hiburan, wahana ajaran moral, serta sarana untuk mengembangkan wawasan siswa terhadap suatu kebudayaan (Retnasari et al, 2023;Salsabila et al, 2021). Penerapan teknik storytelling dalam proses pembelajaran juga akan dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa, mengembangkan kepekaan siswa, kehalusan budi, emosi, seni, daya kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan, hal ini disebabkan karena dalam storytelling terdapat contoh dan nilai-nilai perilaku baik yang dapat ditiru oleh anak usia dini, yang secara umum semua anakanak senang mendengarkan storytelling atau bercerita (Anggraini et al, 2020).…”

“…Storytelling pada dasarnya merupakan suatu proses kreatif anak dalam perkembangannya, yang membangkitkan bukan hanya aspek intelektual saja tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, daya fantasi, dan imajinasi anak-anak (Amrullah & Awalunnisah, 2022;Karlina et al, 2018). Kegiatan storytelling menjadi sangat penting karena dari proses inilah nilai, pesan, dan nasehat-nasehat dari cerita tersebut dapat tersampaikan pada anak (Retnasari et al, 2023;Salsabila et al, 2021). Pada saat proses storytelling berlangsung terjadi sebuah penyerapan pengetahuan yang disampaikan pencerita kepada audience.…”

“…Hasil penelitian lainnya mengungkapkan bahwa metode pembelajaran storytelling secara signifikan dapat meningkatkan sikap empati anak di kelompok B (Amrullah & Awalunnisah, 2022). Hasil penelitian selanjutnya mengungkapkan bahwa storytelling berbasis cerita rakyat efektif digunakan sebagai upaya menumbuhkan karakter kepedulian sosial anak (Retnasari et al, 2023). Sehingga berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, maka dapat diketahui bahwa metode pembelajaran storytelling sangat efektif digunakan untuk mengembangkan nilainilai positif dalam diri siswa.…”

Media Audio Visual : Pendampingan Guru dan Orang Tua Untuk Optimalisasi Kemandirian Anak

“…Video yang ditampilkan harus menarik dan mengulik rasa penasaran anak dengan cara mengajak anak memecahkan sebauh misteri bersama atau dengan cara menyelipkan percakapan lucu antar karakter (Deasinatalia Kumaat, 2020). Hal ini bertujuan untuk membantu anak meneladani nilai-nilai pada kehidupan sehari-hari, sehingga anak dapat membuat perbedaan perilaku yang baik maupun yang buruk di kesehariannya (Retnasari et al, 2023).…”