Eksplorasi dan Inventarisasi Tumbuhan Obat Lokal Berpotensi sebagai Antiinflamasi di Tiga Suku Dayak, Kalimantan Selatan

Abstract

<jats:p>&lt;p&gt;Pemanfaatan tumbuhan obat sebagai salah satu alternatif bahan baku pengganti obat sintetis masih belum terinventarisasi secara lengkap sehingga perlu dilakukan inventarisasi penggunaan ramuan yang digunakan oleh pengobat tradisional pada suku-suku setempat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi dan menginventarisasi tumbuhan obat lokal sebagai antiinflamasi pada tiga suku Dayak di Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 di tiga suku Dayak di Kalimantan Selatan, yaitu Dayak Pitap, Dayak Deyah, dan Dayak Harakit. Penelitian menggunakan metode survei eksploratif dengan variabel bebas pengobat tradisional (battra) yang ada di&lt;br /&gt;setiap suku dan variabel tergantung yaitu ramuan obat tradisional, tumbuhan obat (TO) yang digunakan dalam ramuan inflamasi, serta kearifan lokal dalam pengelolaan pemanfaatan TO. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan teknik terstruktur dan bebas. Hasil eksplorasi diperoleh sembilan belas tumbuhan obat lokal yang berpotensi sebagai antiinflamasi yang digunakan oleh Dayak Pitap, Dayak Deyah, dan Dayak Harakit di Kalimantan Selatan, yaitu penawar seribu atau Euphorbia tithymaloides L., kaminting atau Aleurites&lt;br /&gt;moluccanus (L.) Willd., kayu kusi atau Koompassia excelsa (Becc.) Taub., sarai atau Cymbopogon citratus (DC.) Stapf., halinjuang habang atau Cordyline fruticosa (L.) A. Chev., hambawang atau Mangifera foetida Lour., kacang panjang atau Vigna unguiculata (L.) Walp., lombok atau Capsicum sp., tengkutut asu atau Murraya koenigii (L.) Spreng., sangkurukut atau Triumfetta rhomboidea Jacq., terong pipit atau Solanum torvum Sw., limau kuit atau Citrus aurantiifolia (Christm.) Swingle, bubuta atau Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., hantata atau Bridelia glauca Blume, sungharus atau Neonauclea calycina (Bartl. ex DC.) Merr., bakung atau Lilium sp., tibaran atau Pennisetum purpureum Schumach., binjai atau Mangifera caesia Jack., dan katuk atau Sauropus androgynus (L.) Merr.&lt;/p&gt;</jats:p>

Website development on herbal plant diversity as media in Kurikulum Merdeka

“…The data is then compiled into teaching materials which include common names, regional names, scientific names, taxonomy, morphology, content and utilization and then developed into website-based learning media. Daud & Manu, 2021;Demita et al, 2021;Elfrida et al, 2021;Gunarti et al, 2021;Gunawan et al, 2022;Haba et al, 2022;Huda et al, 2022;Jamun et al, 2020;Kissinger et al, 2021;Leksikowati et al, 2020;Maharani et al, 2021;Manurung et al, 2016;Nasution et al, 2021;Ngineikon et al, 2022;Qasrin et al, 2020;Rahmawati & Hidajati, 2017;Ricky et al, 2019;Risnawati & Nurhayatina, 2022;Kemenkes, 2015;Rizki et al, 2019;Rupilu & Watuguly, 2018;Slamet & Andarias, 2018;Sulastri et al, 2021;Suryatinah et al, 2020;Tabeo et al, 2019;Taek et al, 2018;Tima et al, 2020;Wae et al, 2022;Wijana & Rahmawati, 2020;Yansip et Then, instructional analysis is based on the competencies expected in the Kurikulum Merdeka, namely that students are expected to have competencies related to internal factors (identity, ideology, and ideals of Indonesia) and external factors (industrial revolution), namely becoming superior and productive citizens in this Century 21 st . These factors are formulated into six key dimensions, one of which is critical reasoning.…”

Karakterisasi Morfologi Citrus jambhiri Lush. dan Hubungan Kekerabatannya dengan Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse

“…Di daerah Banjarbaru Kalimantan Selatan, buah limau Kuit diproduksi menjadi sirup dan kecap limau Kuit sejak 2016 dan telah dipasarkan hampir ke seluruh wilayah di Indonesia. Suryatinah et al (2020) menyebutkan bahwa bagian buah limau Kuit secara empiris dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat lokal yang berpotensi dalam pengobatan antiinflamasi oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan Selatan. Air perasan buah dan ekstrak kulit buah limau Kuit juga dapat digunakan sebagai larvasida alami terhadap Aedes aegypti (Ishak et al, 2020).…”

“…Dalam sejumlah publikasi mengenai limau Kuit, sebagian besar hanya menyebutnya dengan nama lokal tanpa disertai nama ilmiah, atau menyebutnya dengan berbagai nama ilmiah yang berbeda-beda, di antaranya Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle (Suryatinah et al, 2020), C. amblycarpa (Ishak et al, 2019), dan C. hystrix (Ariyani et al, 2018). Hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai identitas taksonominya.…”

“…Manfaat: C. jambhri memiliki sifat batang bawah yang unggul untuk dijadikan sebagai penyokong pertumbuhan batang bawah (Yulianti et al, 2020). Buah limau Kuit yang memiliki aroma khas dimanfaatkan sebagai bahan pelengkap atau bumbu pada makanan (Irwan et al, 2017) serta dijadikan sebagai obat rematik dengan gejala nyeri sendi dan bengkak (Suryatinah et al, 2020). Ekstrak kulit buah limau Kuit dapat dimanfaatkan sebagai biolarvasida/ larvasida alami yang dapat memberikan gangguan dan mematikan larva Aedes aegypti instar III (Ishak et al, 2019).…”

Analisis Keunggulan Sektor Basis dan Non Basis Produktivitas Tanaman Pangan pada Komoditas Kelapa di Kalimantan Selatan Menggunakan Metide Location Quotients (LQ)

“…Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di tanah Kalimantan Selatan sangat beranekaragam dari tumbuhan liar hingga tanaman berbuah (Suryatinah, Wijaya, & Tjandrarini, 2020). Salah satu contoh nya adalah kelapa, pohon kelapa adalah tanaman asli daerah tropis.…”