Pendidikan karakter sangat penting untuk diberikan pada anak sejak dini, terutama saat ia berada dalam fase imitasi, di mana anak belajar meniru perangai seperti cara bicara dan cara bersikap yang diambil dari model yang diteladani. Meniru dengan keteladanan mengajarkan anak untuk mengembangkan moral, sosial dan spiritual mereka. Salah satu landasan pendidikan karakter dalam Hindu adalah ajaran Tri Kaya Parisudha, yang terdiri dari Manacika, Wacika, dan Kayika. Ajaran ini sangat penting untuk dipahami dan diamalkan oleh anak di kehidupan sehari-hari, karena akan membentuk sifat integritas dan jati dirinya. Keselarasan antara pikiran, ucapan, dan tindakan agar selalu berada di jalan yang baik dan benar dalam Tri Kaya Parisudha dapat disampaikan menggunakan pendekatan keteladanan, yaitu proses meniru perilaku yang diperagakan oleh model/idola yang disukai mereka. Di era modern, penerapan pendidikan karakter bisa dilakukan dengan bantuan media eksternal seperti animasi. Konsep pendidikan karakter dikemas lewat tokoh animasi dan dapat dijadikan model/idola oleh anak untuk ditiru. Selain itu, nilai yang terkandung lewat cerita di animasi juga dapat terbawa sampai anak tumbuh dewasa, dan dijadikan referensi olehnya saat dibutuhkan. Adanya ikatan emosional anak pada karakter animasi menyebabkan anak meniru gaya/gerak karakter tersebut, hingga turut merasakan apa yang dirasakan karakter itu. Selain itu, cerita dalam animasi juga memberikan pengalaman baru bagi anak untuk dijadikan pembelajaran dalam pembentukkan karakternya. Sebagai media pembelajaran, animasi dapat menunjang aspek kognitif anak dengan cara mengingat apa yang ia dapat di animasi tersebut, untuk kemudian ditiru agar dapat membentuk karakter mereka.