“…Pengendalian dengan cara tersebut dianggap lebih efektif karena dapat menurunkan populasi hama dalam waktu yang relatif singkat, tetapi penggunaaan pestisida secara terus menerus dan berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif seperti terjadinya resistensi hama, resurjensi, masalah residu, pencemaran lingkungan dan terbunuhnya musuh alami hama serta berdampak buruk terhadap organisme yang bukan sasaran seperti manusia (Damalas & Eleftherohorinos, 2011;Kim et al, 2017) dan kerusakan ekosistem (Aktar et al, 2009;Meena et al, 2020;Wang et al, 2018) Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis dapat dilakukan dengan penggunaan bahanbahan alam sebagai bahan pengendali hama ramah lingkungan. Berbagai jenis tumbuhan yang bersifat insektisidal telah dilaporkan oleh banyak peneliti seperti ekstrak tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) dan jambu mete (Anacardium occidentale) sebagai insektisida nabati untuk ulat kubis Plutella xylostella dan apis Brevicoryne brassicae (Osabutey et al, 2018), ekstrak nimba (Azadirachta indica) untuk pengendalian Sitophilus zeamais pada biji jagung (Islam, 2017), S. littoralis (Boisd.) pada tanaman kapas dan S. exigua (Hubner) pada tanaman bawang merah (Sukirno, 2017), ekstrak daun sirsak (Annona muricata) untuk pengendalian Riptortus linearis pada tanaman kedelai (Rahmawati et al, 2019), ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) untuk pengendalian Leptocorisa acuta pada tanaman padi (Listianti et al, 2019), serta ekstrak bunga mentega (Nerium oleander) sebagai pengawet berbagai jenis kayu-kayuan (Goktas et al, 2007), sebagai larvasida (El-Akhal et al, 2015;Salim et al, 2020), herbisida (Al-Samarai et al, 2018) dan insektisida (Salim et al, 2016).…”