2012
DOI: 10.4102/ids.v46i1.39
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Evolutionary theory, human uniqueness and the image of God

Abstract: In this article, I examined what might be called the evolutionary argument against human uniqueness and human dignity. After having rehearsed briefly the roots of the classical Judeo- Christian view on human uniqueness and human dignity in the first chapters of Genesis, I went on to explore and delineate the nature of the evolutionary argument against this view. Next, I examined whether Christian theology might widen the concept of imago Dei so as to include other beings as well as humans, thus giving up the i… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2020
2020
2020
2020

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 6 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Berdasarkan hal tersebut, manusia dapat menunjukkan eksistensi dirinya sebagai mahluk bermartabat. 40 Mengutip Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam buku berjudul "Barbie Culture" yang ditulis oleh Mary F.Rogers tertulis bahwa tata rias, tren berbusana, dan gaya tertentu menjadi suatu konstruksi sosial atau keyakinan yang diterima secara luas. 41 Berger dan Luckmann melakukan kritik terhadap konstruksi sosial tersebut, sebab, menurut mereka, konstruksi sosial yang berlaku hanya berasal dari interaksi terus-menerus dan bukan sebuah nilai baku.…”
Section: Teologi Dan Fenomena Tata Riasunclassified
“…Berdasarkan hal tersebut, manusia dapat menunjukkan eksistensi dirinya sebagai mahluk bermartabat. 40 Mengutip Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam buku berjudul "Barbie Culture" yang ditulis oleh Mary F.Rogers tertulis bahwa tata rias, tren berbusana, dan gaya tertentu menjadi suatu konstruksi sosial atau keyakinan yang diterima secara luas. 41 Berger dan Luckmann melakukan kritik terhadap konstruksi sosial tersebut, sebab, menurut mereka, konstruksi sosial yang berlaku hanya berasal dari interaksi terus-menerus dan bukan sebuah nilai baku.…”
Section: Teologi Dan Fenomena Tata Riasunclassified