Poor glycemic control is a primary risk factor for the progression of complications. This study aimed to determine the status of glycemic control and associated factors among type 2 Diabetes Mellitus (DM) patients at primary health care of Cakung District, Kebon Jeruk District and Rawa Bunga Village, Jakarta. This study was conducted from July to August 2019, and adopted a cross-sectional design. The respondents' data included sex, age, occupation, education, long suffered with diabetes, diagnosed chronic disease, antidiabetic and other regular drugs were obtained through a questionnaire. Measurement of glycated haemoglobin A1c level was carried out in a standardized laboratory in Jakarta. A total of 126 respondents met the inclusions and exclusion criteria, of which 70.6% were female. The mean age of patients was 61.46±9.086 years (35–85 years). HbA1c level was measured, and the results showed that 45.2% of respondents had good glycemic control (<7% of HbA1c level), while 54.8% had poor control (≥7% of HbA1c level). On the bivariate analysis, the number of antidiabetics was significantly associated with glycemic control (p<0.05). The poor glycemic control was significantly higher in patients with polytherapy (72.6%) antidiabetic compared to single antidiabetic (37.5%) (p=0.01). These findings highlighted the need for proper management of patients with polytherapy, in order to prevent the complication of type 2 DM.Keywords: Glycemic control, Jakarta, primary health care, type 2 diabetes mellitus Kontrol Gikemik dan Faktor yang Berhubungan pada Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di JakartaAbstrakKontrol glikemik yang buruk merupakan faktor risiko utama terjadinya komplikasi pada pasien diabetes melitus (DM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontrol glikemik dan faktor yang berhubungan pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cakung, Kecamatan Kebon Jeruk dan Kelurahan Rawa Bunga, Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Juli–Agustus 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Data responden antara lain jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, lama menderita penyakit DM, penyakit kronis lain yang diderita, obat DM dan obat rutin lain yang digunakan didapatkan melalui instrumen kuisioner. Pengukuran kadar HbA1c dilakukan di laboratorium yang terstandarisasi di Jakarta. Sebanyak 126 responden memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terlibat dalam penelitian ini, dan sebanyak 70,6% adalah berjenis kelamin perempuan. Usia rata-rata pasien adalah 61,46±9,086 tahun (35–85 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45,2% responden memiliki kontrol glikemik yang baik (<7 level HbA1c), sedangkan 54,8% responden memiliki kontrol glikemik yang buruk (≥7 level HbA1c). Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa jumlah antidiabetes yang digunakan berhubungan dengan kontrol glikemik. Kontrol glikemik yang buruk secara signifikan lebih tinggi ditemukan pada pasien dengan politerapi (72,6%) dibandingkan pada pasien dengan terapi tunggal antidiabetes (37,5%) (p=0,01). Temuan ini menyoroti perlunya manajemen yang tepat pada pasien dengan politerapi untuk mencegah komplikasi DM tipe 2.Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, Jakarta, kontrol glikemik, puskesmas