Syok sepsis merupakan kondisi kegawatdaruratan yang mengancam jiwa apabila telat dalam penanganannya. Masalah keperawatan yang dapat ditimbulkan karena syok sepsis adalah gangguan perfusi jaringan dengan hipotensi menetap meskipun telah dilakukan resusitasi cairan. Tujuan penelitian yaitu menggambarkan dan membahas mengenai penerapan penatalaksanaan gangguan perfusi jaringan pada pasien dengan syok sepsis di ICU berdasarkan Surviving Sepsis Campaign (SSC) 2021. Metode yang digunakan yaitu Case Report dengan proses asuhan keperawatan selama 2x24 jam. Ny. H berusia 53 tahun dirawat di ICU dengan diagnosa medis syok sepsis e.c fascitiis nekrotikan dengan MODS ensefalopaty respiratory failure, AKI superimposed CKD dengan metabolik asidosis dan DM tipe II dengan neuropati perifer rooster. Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan hipotensi, terdapat luka di lengan kiri, hasil AGD menunjukan asidosis metabolik, terpasang ventilator mode PSV. Hasil dari tindakan yang telah dilakukan berupa skrining dan assessment dengan SOFA score, pemberian resusitasi cairan menggunakan NaCl 0,9%, pemberian vasopressor norepinefrin 0,2 mcg/KgBB/menit, melakukan kultur darah dan kontrol infeksi dengan kolaborasi antibiotik (vancomycin, ampicilin, metronidazole), penggunaan ventilator dengan volume tidal rendah, memberikan penatalaksanaan suportif (transfusi sel darah merah, terapi bikarbonat, terapi heparin). Berdasarkan penatalaksanaan tersebut perfusi jaringan klien mengalami peningkatan dan perbaikan. Penatalaksaan SSC 2021 dapat direkomendasikan sebagai penatalaksanaan pada pasien dengan syok sepsis.