The paper analyzes the cultural interaction in mixed marriage of Indian national who live in Jakarta with Indonesian in the more penetrating globalization process in Asia in the 21st century. The research aims to examine the binding of two cultures tied in the knot in the marriage institution, its problem and negotiation. The qualitative methods used here is conducted through questionnaire and direct interview and through the social media. The result of which shows that factors such as cultural difference, respective country rules, and family tie interfere the social interaction in mixed marriage. But, despite the challenges, it is capable to generate negotiation and cultural appropriation of each party to support a multicultural and cosmopolitan marriage.
KeywordsInter-Asia globalization, cultural interaction, India, Indonesia, mixed marriage, migration, cosmopolitanism
AbstrakTulisan ini dibuat untuk mengkaji bagaimana interaksi budaya yang terbentuk di dalam pernikahan campuran seiring dengan semakin intensnya proses globalisasi yang terjadi di kawasan Asia di abad 21. Penelitian ini secara khusus mengkaji perkawinan campuran yang terjadi antara warga negara India dan Indonesia yang tinggal di Jakarta dengan tujuan untuk melihat bagaimana proses interaksi budaya yang muncul ketika dua kebudayaan yang berbeda dipersatukan di dalam sebuah institusi perkawinan serta permasalahan dan negosiasi seperti apa yang muncul di dalamnya. Metodologi yang digunakan adalah metode kualitatif melalui pengisian survei dan wawancara langsung maupun wawancara melalui media sosial. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bagaimana faktor perbedaan budaya, institusi kenegaraan maupun faktor keluarga sangatlah mempengaruhi interaksi sosial yang terjadi di dalam sebuah perkawinan campuran. Namun di luar perbedaan-perbedaan tersebut, pasangan kawin campur ternyata mampu untuk saling bernegosiasi dan mengapropriasi kebudayan masing-masing untuk menghasilkan sebuah pernikahan yang bersifat multikultural serta kosmopolitan.
Kata Kunciglobalisasi inter-Asia, interaksi budaya, India, Indonesia, perkawinan campuran, migrasi, kosmopolitanisme