The high price fluctuations in the stock market make an investment in this area relatively risky. However, higher risk levels are associated with the possibility of higher returns. Predicting models allows investors to avoid loss rate due to price fluctuations. This study uses ANFIS (Adaptive Network-based Fuzzy Inference System) to predict the Jakarta Composite Index (JCI) return. Forecasting JCI movement is considered to be the most influential predictor, consisting of Indonesia real interest rate, real exchange rate, US real interest rate, and WTI crude oil price. The results of this study point out that the best model to predict JCI return is the ANFIS model with pi membership function. The predicting model shows that real exchange rate is the most influential factor to the JCI movement. This model is able to predict the trend direction of the JCI movement with an accuracy of 83.33 percent. This model also has better performance than the Vector Error Correction Model (VECM) based on RMSE value. The ANFIS performance is relatively satisfactory to allow investors to forecast the market direction. Thus, investors can immediately take preventive action towards any potential for turmoil in the stock market. Abstrak Tingginya tingkat fluktuasi harga di pasar saham menjadikan investasi di bidang ini cukup berisiko. Akan tetapi, tingginya tingkat risiko tersebut sebanding dengan potensi return yang dapat diperoleh. Penggunaan model peramalan dapat menjadi alternatif bagi investor agar terhindar dari kerugian akibat fluktuasi harga. Penelitian ini mencoba mengkonstruksi model peramalan return IHSG menggunakan pendekatan ANFIS. Indikator fundamental yang dinilai paling berpengaruh terhadap pergerakan IHSG digunakan sebagai prediktor untuk model peramal ini. Prediktor yang digunakan berupa data suku bunga riil Indonesia, kurs riil antara rupiah dan dolar AS, suku bunga riil AS, dan harga minyak dunia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model terbaik untuk peramalan return IHSG adalah model ANFIS dengan bentuk fungsi keanggotaan pi (pimf). Model peramalan yang dihasilkan menunjukkan bahwa nilai tukar riil merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap return IHSG. Model tersebut mampu memprediksi arah tren pergerakan IHSG dengan akurasi sebesar 83,33 persen. Model ini memiliki kinerja peramalan yang lebih baik dibanding Vector Error Correction Model (VECM) berdasarkan indikator RMSE. Hasil ini cukup memuaskan dalam memberikan gambaran bagi investor kemana pasar akan bergerak. Dengan demikian, investor bisa segara mengambil langka antisipasi ketika terdapat potensi gejolak di pasar saham.