Kebakaran besar yang berulang kembali secara drastis telah mempengaruhi lahan gambut Indonesia dalam beberapa dekade terakhir ini. Kebakaran di lahan gambut sangat berpengaruh terhadap lingkungan baik pada tingkat regional maupun global, termasuk emisi gas rumah kaca yang tinggi, kabut asap, hilangannya cadangan karbon dan keanekaragaman hayati. Kebakaran besar telah mempengaruhi lahan gambut di Mahakam Tengah, Kalimantan Timur selama musim kering tahun 1982/83 dan 1997/98, dan kebakaran kecil terjadi setiap tahun. Kebakaran tersebut terjadi karena kebiasaan pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di lahan gambut.
Lahan Gambut Mahakam TengahSeluas 500.000 hektar wilayah lembah Mahakam Tengah terbentuk oleh lapisan tanah lempung sepanjang tepi Sungai Mahakam dan anak-anak sungainya yang besar, beberapa danau gambut dangkal, areal banjir musiman, dan hutan gambut yang luas. Kedalaman gambut rata-rata 8 meter dan ada yang lebih dari 15 meter di beberapa wilayah. Masyarakat yang hidup di wilayah ini berasal dari suku Kutai dan Banjar. Mereka menggunakan lahan gambut dan danau secara terbuka untuk kegiatan menangkap ikan dan reptil, mencari kayu dan mengumpulkan bahan bakar dan rumput. Kegiatan menangkap ikan merupakan sumber mata pencaharian utama. Perkampungan terletak di sepanjang sungai dan para pendatang memasuki lahan gambut melalui sungai, kanal, dan danau-danau. Tidak ada kegiatan pembalakan dalam skala komersial, konversi lahan ataupun pembangunan infrastruktur di dalam lahan gambut.
Pola kebakaran dan sebab-sebabnyaKebakaran tahunan Pada periode non El Niño, sekitar 24% dari bentang alam mengalami kebakaran pada periode 1987-92 dan 17% pada periode 1992-97. Lebih kurang 81% dan 91% dari wilayah yang terbakar sudah terbakar sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya kebakaran yang berulang-ulang di lahan gambut sangat besar. Kebakaran tahunan utamanya terjadi pada wilayah yang aksesibilitasnya tinggi Kebakaran di lahan gambut Mahakam Tengah: Keselarasan antara mata pencaharian dan konservasi C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h
Kebakaran El Niño 1997-1998Pada periode ini, sekitar 72-85% dari lahan gambut di wilayah Mahakam Tengah terbakar. Sebagian besar atau sebesar 54% merupakan areal hutan yang sebelumnya tidak pernah terbakar. Kebakaran besar ini disebabkan karena terjadinya kekeringan yang luar biasa serta pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat di dalam perburuan kura-kura dan pengumpulan kayu lem. Masyarakat setempat mengalami kesulitan untuk menangkap ikan yang merupakan mata pencaharian utamanya. Hal ini disebabkan oleh air sungai yang mengering sehingga menyulitkan transportasi. Munculnya pasar yang baik untuk daging kura-kura dan kayu lem yang digunakan sebagai bahan pembuat obat nyamuk secara komersil, serta adanya ijin yang dikeluarkan pemerintah setempat untuk melakukan penangkapan kura-kura tanpa batas, pada awalnya merupakan jalan keluar untuk menanggulangi dampak krisis kekeringan ini. Ribuan masyarak...