Latar Belakang: Surviving Sepsis Campaign merekomendasikan penggunaan prokalsitonin sebagai salah satu acuan untuk membantu menegakkan diagnosis infeksi sistemik akut, melihat resolusi infeksi, eskalasi dan penghentian terapi antibiotik pada pasien sepsis. Sayangnya pemeriksaan prokalsitonin sangat mahal dan belum tersedia di seluruh rumah sakit. Diperlukan alternatif penanda biologis selain prokalsitonin. Angka hitung jenis leukosit diketahui mempunyai korelasi dengan kadar prokalsitonin.
Metode: Penelitian retrospektif korelasional potong lintang yang mengikutsertakan semua pasien dengan diagnosis sepsis bakterial yang dirawat di ruang ICU RSUP Dr. Sardjito pada 1 Januari - 31 Desember tahun 2019. Data 436 pemeriksaan laboratorium diperoleh dari 104 rekam medis pasien, lalu diolah dengan SPSS versi 26 untuk mencari korelasi antara prokalsitonin dengan masing-masing komponen angka hitung jenis leukosit, dilanjutkan analisis regresi antara prokalsitonin dengan seluruh angka hitung jenis leukosit secara bersama.
Hasil: Penulis menemukan korelasi positif yang sangat kuat (R2 = 0,823, p<0,05) dari analisis multivariat antara kadar prokalsitonin dengan angka hitung jenis leukosit. Dari analisis bivariat, terdapat korelasi positif yang cukup antara prokalsitonin dengan leukosit (r= 0,279, p><0,05) dan monosit absolut (r= 0,254, p>0,05). Didapatkan pula korelasi positif yang sangat lemah antara prokalsitonin dengan neutrofil absolut (r= 0,239, p<0,05), neutrofil persentase (r= 0,078, p><0,05), eosinofil absolut (r= 0,148, p><0,05), eosinofil persentase (r= 0,104, p><0,05), basofil absolut (r= 0,029, p>0,05), basofil persentase (r= 0,011, p>0,05), limfosit absolut (r= 0,121, p>0,05), limfosit persentase (r= 0,074, p>0,05), monosit persentase (r= 0,208, p>0,05), granulosit immatur absolut (r= 0,064, p<0,05), dan granulosit immatur persentase (r= 0,029, p>0,05).
Kesimpulan: Terdapat korelasi positif kuat antara kadar prokalsitonin dengan angka leukosit pada pasien sepsis bakterial yang dirawat di ruang rawat intensif RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.