Latar Belakang: Stunting merupakan kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Pada wilayah DI Yogyakarta prevalensi stunting juga sudah mengalami penurunan dari 17,3% pada tahun 2021 menjadi 16,4% pada tahun 2022, akan tetapi angka tersebut masih belum mencapai target penurunan angka stunting menjadi 14%. Mulai tahun 2010, pemerintah Indonesia menjalankan program pemberian suplemen Taburia akan tetapi intervensi tersebut dirasa masih kurang efektif. Oleh karena itu, pada tahun 2017 dilakukannya inovasi pangan fungsional berupa permen jelly “Previmin” dengan fortifikasi Taburia dan prebiotik dalam bentuk FOS (Fruktooligosakarida) yang kaya akan kandungan prebiotik, vitamin, dan mineral, serta sudah dilakukannya uji coba pada anak PAUD dan TK. Kemudian pada tahun 2022, pembuatan permen jelly “Previmin” yang sama dikembangkan dengan skala lebih besar dan produksinya dilakukan di pabrik yang memiliki potensi perubahan kandungan gizi dan organoleptik.
Tujuan: Untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan kandungan gizi dan organoleptik pada permen jelly “Previmin” yang telah dibuat dengan skala lebih besar pada pabrik.
Metode: Proses produksi permen jelly ini dilakukan melalui kerjasama dengan produsen permen jelly, PT Natural Food Success, yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan pada bulan November tahun 2022 di Kalurahan Sumberarum, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta untuk mengetahui uji organoleptik dan uji daya terima permen jelly “Previmin” pada balita. Sedangkan analisis kandungan gizi dilakukan di Laboratorium Penguji Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Agro (BBSPJIA), Bogor, Jawa Barat.
Hasil: Pelaksanaan uji organoleptik dan daya terima dilakukan di Kalurahan Sumberarum, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang diikuti oleh 59 pasang ibu dan balita. Untuk usia, mayoritas balita berusia 3 tahun 1 bulan hingga 4 tahun sebanyak 24 responden (40,7%). Berdasarkan hasil kuesioner dari 59 responden, rata-rata uji organoleptik permen jelly “Previmin” adalah 5,44 untuk indikator warna, 5,20 untuk indikator aroma, 5,44 untuk indikator rasa, dan 5,24 untuk indikator tekstur. Kemudian dari 59 responden, mayoritas responden sebanyak 44 responden (75%) mampu menghabiskan produk sampel permen jelly “Previmin” yang diberikan dan sebanyak 36 responden (61%) tidak mengonsumsi multivitamin sejenis. Selanjutnya, untuk kandungan gizi makronutrien, mikronutrien, logam berat, dan cemaran mikrobia mayoritas sudah memenuhi standar yang ditentukan kecuali lemak jenuh, vitamin B6, asam folat, dan selenium.
Kesimpulan: Mayoritas balita menyukai dan mampu menghabiskan permen jelly “Previmin” yang dibuat dengan skala lebih besar di pabrik. Terdapat beberapa kandungan zat gizi yang melebihi standar seperti lemak jenuh, vitamin B6, asam folat, dan selenium akan tetapi hal tersebut tidak akan berbahaya bagi tubuh selagi konsumsi permen jelly “Previmin” sesuai dengan anjuran konsumsi yaitu 2 hari sekali, maksimal 3 butir permen dalam sehari.