Fostering Students’ Grammatical Competence Through Flipped Classroom

Abstract

This study aims to identify whether Flipped Classroom strategy can enhance students’ grammatical competence. EFL students still found difficulties in understanding and mastering grammar despite its central role in learning a new language. As we are living in the digital era, we can optimize digital tools in teaching and learning to assist students and teachers. Furthermore, students nowadays are tech-savvy, so it would not be very difficult to integrate technology into classroom. The participants of this research were the tenth grade students at SMAN 4 Tangerang Selatan. Classroom Action Research (CAR) was implemented as the research design with two cycles which comprised three meetings in each cycle. The cycle consisted of planning, acting, observing, and reflecting. The instruments used were test, questionnaire, observation, and researcher’s field note. The results showed that 77.14% of students passed the minimum criterion score; further, the results among pre-test, post-test 1, and post-test 2 significantly increased. These findings indicate that Flipped Classroom have the potential to improve students’ grammatical competence. ABSTRAKStudi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi gramatikal siswa melalui strategi Flipped Classroom dan untuk mengetahui bagaimana strategi tersebut meningkatkan kompetensi gramatikal siswa. Siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) masih mengalami kesulitan untuk memahami dan menguasai tata bahasa meskipun peran sentralnya dalam belajar bahasa. Karena kita hidup di era digital, kita dapat mengoptimalkan alat digital dalam proses belajar-mengajar untuk membantu siswa dan guru. Selain itu, siswa saat ini sudah paham teknologi sehingga tidak terlalu sulit untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kelas. Melihat fenomena ini, oleh sebab itu, penelitian telah dilaksanakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X di SMAN 4 Tangerang Selatan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan sebagai desain penelitian dengan dua siklus yang terdiri dari 3 pertemuan di setiap siklusnya. Instrumen yang digunakan adalah tes, angket, observasi, dan catatan lapangan peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77,14% siswa dinyatakan lulus kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hasil pre-test, post-test 1, dan post-test 2 meningkat secara signifikan yang menunjukkan bahwa Flipped Classroom dapat meningkatkan kompetensi gramatikal siswa.

Penerapan flipped classroom dalam pembelajaran tata bahasa: Sebuah tinjauan pustaka tematik

“…Salah satu partisipan mengatakan bahwa model flipped classroom dapat membantu mereka untuk terlibat di dalam kelas dengan berpartisipasi dalam diskusi antar kelompok, presentasi hasil kelompok, dan membantunya dalam memahami penggunaan simple present tense seperti bentuk aturan untuk membuat kalimat, penggunaan do dan does. Selanjutnya penelitian lain yang melakukan observasi kepada pembelajar tingkat menengah sebagai partisipan, dengan cara pemberian materi pembelajaran dalam bentuk video sebelum kegiatan kelas tatap muka, menunjukkan bahwa flipped classroom membuat pembelajar menjadi mandiri dan lebih aktif di dalam kelas karena video pembelajaran yang dibagikan dapat meningkatkan kemampuan critical thinking yang mampu meningkatkan keaktifan di dalam kelas tata bahasa asing (Amini, 2022;Fadhilah et al, 2021;Li et al, 2017;Yanto et al, 2020) Flipped classroom membuka peluang yang luas bagi pengajar agar mampu memberdayakan pembelajar untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Metode pembelajaran tradisional mengharuskan pengajar untuk menjelaskan materi dari awal hingga akhir proses pembelajaran, sehingga hal tersebut menimbulkan minimnya interaksi antara pengajar dengan pembelajar, misalnya diskusi dan sesi tukar pikiran antar sesama pembelajar.…”

“…Pengaruh negatif yang terjadi ialah tidak meratanya koneksi internet pada perangkat elektronik yang digunakan pembelajar. Hal tersebut mengakibatkan materi pembelajaran berupa video yang harus diakses dengan jaringan internet mengalami gangguan lag dan pembelajar menilai hal tersebut berakibat pada kesulitan pembelajar untuk menyerap informasi materi pembelajaran dari video (Ahmad & Arifin, 2021;Annamalai et al, 2022;Darmawangsa & Racmadhany, 2018;Fadhilah et al, 2021;Lubis & Rahmawati, 2021;Zakaria & Yunus, 2020).…”