Fraud pentagon elements in detecting fraudulent financial statement

Abstract

Public companies that are supposed to provide transparent and accountable information to outside parties, sometimes still hide facts and information that have a bad influence on their company's reputation. Public companies in Indonesia in carrying out their business activities have been specifically regulated and supervised by an independent institution, called the Financial Services Authority (OJK). OJK itself has issued several regulations on the presentation of financial statements, such as regulation no. IX.E.2 and rule number VIII.G. This study aims to detect financial statement fraud with the fraud pentagon model. Researchers use elements of financial stability, external pressure, personal financial need, financial target, nature of industry, ineffective monitoring, quality of external auditor, change in auditor, change of directors and frequent number of CEO's picture as independent variables on the ability to detect financial statement fraud as dependent variables. This study uses a sample of fraud companies that are subject to sanctions and cases of the Financial Services Authority (OJK) related to OJK regulations VIII G. 7 and IX. E. 2 in 2015-2019. The company sample consists of 31 fraudulent companies and 31 non-fraud companies.

Teori Fraud Pentagon: Peran Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Sektor Keuangan Tahun 2018-2020)

“…Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh fraud pentagon adalah penelitian Andriani et al (2022) yang menggunakan variabel target keuangan sebagai proksi dari elemen tekanan yang membuktikan adanya pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Pasaribu et al (2020) Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa setiap elemen dari teori fraud pentagon mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap kecurangan laporan keuangan.…”

“…Hal ini dapat terjadi karena perusahaan yang dapat menghasilkan ROA yang tinggi pada periode sebelumnya akan menargetkan untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi lagi pada periode berikutnya. Kondisi tersebut akan membuat manajemen untuk melakukan segala upaya dalam pencapaian target keuangannya dan hal tersebut akan memotivasi manajemen untuk melakukan segala kemungkinan termasuk melakukan kecurangan pada penyajian laporan keuangannya (Andriani et al 2022). Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Nurkhoirunanisa, (2020), Purwaningtyas dan Ayem, (2021), dan (Andriani et al 2022).…”

“…Kondisi tersebut akan membuat manajemen untuk melakukan segala upaya dalam pencapaian target keuangannya dan hal tersebut akan memotivasi manajemen untuk melakukan segala kemungkinan termasuk melakukan kecurangan pada penyajian laporan keuangannya (Andriani et al 2022). Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Nurkhoirunanisa, (2020), Purwaningtyas dan Ayem, (2021), dan (Andriani et al 2022). Namun berlawanan dengan hasil penelitian Pasaribu et al, (2020) dan (Carla dan Pangestu, 2021).…”

“…Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Fathmaningrum dan Anggarani, (2021), Putriyanti dan Cahyati, (2020), (Purwaningtyas dan Ayem, 2021). Namun berlawanan dengan hasil penelitian Nurkhoirunanisa, (2020), Cahyani et al, (2021) dan (Andriani et al 2022).…”

“…Hal ini tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia Nomor 13/POJK.03/2017. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Fathmaningrum dan Anggarani, (2021) dan (Andriani et al 2022). Namun berbeda dengan hasil penelitian Carla dan Pangestu (2021) dan (Cahyani et al, 2021).…”