2009
DOI: 10.1080/14631360802628467
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

‘Free the dragon’ versus ‘Becoming Betawi’: Chinese identity in contemporary Jakarta 1

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
3
0
4

Year Published

2009
2009
2018
2018

Publication Types

Select...
4
1
1

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 7 publications
(7 citation statements)
references
References 9 publications
0
3
0
4
Order By: Relevance
“…Masyarakat Betawi dianggap sebagai masyarakat yang paling maju pertumbuhan perekonomiannya saat itu karena sebagai pusat perdagangan di pelabuhan Sunda Kalapa. Walaupun memiliki kemajuan dalam tingkat pertumbuhan perekonomian, kebanyakan orang Betawi asli pada masa itu bekerja sebagai budak dan pelayan tingkat rendah, dan sedikit yang memiliki tingkat pendidikan tinggi kecuali mereka yang berhubungan dekat dengan kaum elit kolonial Belanda (Knörr, 2009). Akibatnya, orang Betawi tertindas oleh kekuasaan kolonial Belanda karena pengetahuan yang dimilikinya rendah.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Masyarakat Betawi dianggap sebagai masyarakat yang paling maju pertumbuhan perekonomiannya saat itu karena sebagai pusat perdagangan di pelabuhan Sunda Kalapa. Walaupun memiliki kemajuan dalam tingkat pertumbuhan perekonomian, kebanyakan orang Betawi asli pada masa itu bekerja sebagai budak dan pelayan tingkat rendah, dan sedikit yang memiliki tingkat pendidikan tinggi kecuali mereka yang berhubungan dekat dengan kaum elit kolonial Belanda (Knörr, 2009). Akibatnya, orang Betawi tertindas oleh kekuasaan kolonial Belanda karena pengetahuan yang dimilikinya rendah.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Beberapa catatan sejarah di Jakarta menyatakan bahwa etnis Betawi berasal dari perkawinan antaretnis yang datang ke Batavia karena kepentingan Belanda. Jadi, suku Betawi sebenarnya merupakan suku pendatang baru di Batavia, perpaduan dari berbagai suku lain yang sudah lebih dulu hidup di Batavia yang berasal dari beberapa pulau lain di semenanjung Indonesia, seperti orang Jawa, Bali, Sunda, Tionghua, dan Arab (Knight, 2014;Knörr, 2009). Berbagai etnis sebagai pembentuk suku Betawi pada masa itu menjadi salah satu perhatian bagi pemerintah Kolonial Belanda saat itu.…”
unclassified
“…The Jakartan Chinese have a fairly long history that can be traced back to the early 17th century when the Dutch established the first fort, Benteng, on a bank of the River Ciliwung, where the Chinese had long been living as rice farmers (Knorr 2009). The Chinese experienced different kinds of treatment under various governments, ranging from the Dutch colonial period up to Suharto's era from in 1967-1998.…”
Section: The Chinesementioning
confidence: 99%
“…The Chinese experienced different kinds of treatment under various governments, ranging from the Dutch colonial period up to Suharto's era from in 1967-1998. Under the Suharto government, which was a continuation of Sukarno's administration, the Chinese were subject to severe discrimination (Knorr 2009).…”
Section: The Chinesementioning
confidence: 99%
“…-prägen. Angesichts der langen Geschichte der Unterdrückung chinesischer Kultur in Indonesien, welche erst in den letzten Jahren wieder öffentlichen Ausdruck finden durfte und revitalisiert wird (Knörr 2009), 8 ist es von beträchtlichem symbolischen Gewicht, dass chinesische Kultur nun im Zentrum der Inszenierung indonesischer Multikulturalität ihren Platz bekommt. Ob dies tatsächlich auf allgemeine Anerkennung schließen lässt oder eher mit der Abhängigkeit von chinesischem Kapital zusammenhängt, bleibe dahin gestellt.…”
Section: Alter Und Neuer Multikulturalismusunclassified