Masyarakat pesisir menghasilkan limbah domestik anorganik maupun organik. Limbah tersebut sebagian tertahan dan terendapkan pada ekosistem lamun dan terdekomposisi yang menyebabkan pelepasan gas CO2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kepadatan lamun dan emisi gas CO2 yang ada di pesisir Negeri Waai, Kabupaten Maluku Tengah. Metode penelitian menggunakan sungkup silinder dan analisis emisi gas mengacu pada hasil analisa kromatografi gas (GC-MS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CO2 terbesar pada stasiun I ditemukan pada spesies C. rotundata yaitu 55.91 mg/m2/jam dan yang terendah pada spesies E. acoroides yaitu 5.51 mg/m2/jam. Sementara pada stasiun II dan III, emisi terbesar ditemukan pada spesies T. hemprichii dengan nilai masing – masing sebesar 66.68 mg/m2/jam dan 33.57 mg/m2/jam. Sementara itu, hubungan kepadatan lamun jenis E. acoroides terhadap emisi CO2 diformulasikan dengan y = 11,318x – 8,3343 dan tingkat korelasi sangat kuat (r = 0,93). Hal yang serupa terlihat pada lamun jenis C. rotundata dan T. hemprichii dengan persamaan regresi linier masing – masing y = 14,284x + 10,751 (r = 0,9629) dan y = 19.085x (r = 0,96). Hal tersebut menunjukkan semakin padat lamun, maka semakin banyak bahan organik yang dapat didekomposisi untuk pembentukan emisi CO2. Selain itu, emisi yang tinggi juga dapat dipengaruhi oleh epifit mikroalga yang melakukan respirasi sehingga memicu peningkatan emisi CO2 di atmosif.