Hambatan dan Strategi komunikasi efektif dalam perawatan kanker

Abstract

Komunikasi terapeutik diakui sebagai kunci untuk perawatan kanker yang berkualitas, tetapi komunikasi perawat-pasien dalam perawatan kanker adalah hal menantang dan kompleks, selain data yang mengeksplorasi komunikasi perawat-pasien masing sangat kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melaporkan hasil temuan tentang perspektif perawat, pasien dan keluarga terkait hambatan dan strategi komunikasi dalam perawatan kanker. Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi yang dilakukan di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Respoden penelitian ini adalah 16 orang (4 perawat, 7 pasien dan 5 anggota keluarga) yang dipilih melalui purposive sampling dan dilakukan wawancara semi terstruktur. Semua hasil wawancara di transkrip dan dianalisis menggunakan metode Collaizzi. Hasil penelitian ini mengidentifikasi dua tema yaitu hambatan berkomunikasi efektif dan manajemen berkomunikasi. Hambatan komunikasi dikontruksi oleh sikap mengabaikan, tingkat pendidikan dan kondisi psikologis. Manajemen berkomunikasi terdiri dari persiapan diri, validasi pengetahuan pasien, dan struktur penyampaian informasi. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu komunikasi terapeutik merupakan pondasi untuk mempromosikan kualitas perawatan kanker. Hambatan berkomunikasi perlu dimanaje dengan baik dengan mengimplementasikan tindakan untuk menjaga interaksi dan pertukaran informasi seperti mempersiapkan diri, mevalidasi pemahaman pasien, dan penyampaian informasi secara terstruktur

Therapeutic Communication Experience of Nurses With Chemotherapy Patients in a General Hospital

“…This is in line with previous research, which states that in providing information to patients, nurses need to prepare themselves beforehand both in their mental and knowledge. 10 This study also identified the limited time nurses spend with patients and the high workload that causes the scarcity of time with patients to become a barrier to therapeutic communication. Similar findings also appeared in other studies, which stated that the lack of time to sit with patients made nurses unable to show empathy.…”

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks pada Akseptor KB

“…Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Issa et al, (2021) menunjukkan bahwa sumber informasi utama untuk skrining/deteksi awal kanker serviks adalah dokter spesialis ginekologi (75,0%) dan dokter umum (40,1%). Hal ini menunjukkan pentingnya petugas kesehatan dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang kanker serviks dan skriningnya, di mana kurangnya rekomendasi dari para profesional kesehatan adalah hambatan paling umum dalam skrining untuk kanker serviks (Minanton & Rochmawati, 2020;Rochmawati & Minanton, 2021). Perempuan yang diberi informasi tentang pemeriksaan gratis memiliki kemungkinan 4,27 kali lebih besar untuk hadir skrining untuk kanker serviks http://jurnalilmiah.ici.ac.id/index.php/JI Vol.7 No.2 Januari 2024 (110) dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan informasi (Nwabichie et al, 2018;Salehiniya et al, 2021).…”

The peaceful end-of-life theory in palliative care for the Muslim community and Indonesian context

“…Patients and their families need detailed information about the disease and its treatment. The ability to communicate in a respectful and therapeutic manner in a comfortable environment is crucial to providing care that improves quality of life [4], [11], [19], [20].…”