Hegemoni masculine yang terbentuk sebagai bagian dari budaya patriarki semakin mengijinkan laki-laki untuk menunjukkan bagaimana domimasi mereka terhadap pihak yang berada pada posisi inferior. Pada dasarnya hegemoni maskulinitas ini juga memberikan beban kepada laki-laki, mereka dituntut untuk berpenampilan, bersikap, bertingkah laku sesuai dengan stereotype gender mereka. Karena tuntunan tersebut mereka jadi memaksakan dan terjerat pada maskulinitas yang kaku. Serta ego yang dimiliki laki-laki karena tuntuntan peran gendernya menjadikan fenomena male entintlement sebagai sesuatu yang dianggap laki-laki adalah haknya untuk mendapatkan seusatu yang diinginkan dan mereka wajar untuk melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya berujung pada tindakan kekerasan. Budaya patriarki seolah-olah membenarkan hal yang dilakukan laki-laki benar adanya dan landasan daripada itu untuk mempertahankan posisi walaupun harus mengambil jalan diskriminasi dan kekerasan kepada perempuan juga ikut dibenarkan. Metode yang digunakan untuk menganilisis fenomena ini yaitu dengan metode fenomonologi dengan melihat fenomena riil yang terjadi pada masyararakat yang menunjukkan male entitlement benar-benar tumbuh menjadi bagian kehidupan masyarakat dan dampak pada perempuan.