ABSTRAKLingkungan biofisik lahan gambut fluktuatif dan berpengaruh terhadap emisi CO2 tanah. Untuk itu perlu dikembangkan sistem monitoring lingkungan biofisik dan emisi CO2 yang dapat mengukur secara kontinu sehingga dapat diketahui jumlah emisi karbon tahunan yang lebih akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem monitoring lingkungan biofisik di lahan gambut dan hubungannya dengan emisi CO2 dari lahan gambut terbuka tanpa vegetasi. Sistem pengukuran dan monitoring parameter lingkungan biofisik yang telah disusun telah dapat berfungsi dengan baik yang meliputi parameter cuaca dan lingkungan biofisik dalam tanah (suhu, kelembapan tanah, dan tinggi muka air tanah). Emisi karbon yang terukur pada lahan gambut terbuka tanpa vegetasi sebesar 62,25 ton CO2/ha/tahun. Emisi karbon memiliki hubungan positif dengan temperatur tanah namun memiliki hubungan negatif dengan kelembapan tanah dan curah hujan.
PENDAHULUANIndonesia memiliki luas daratan sekitar 188,2 juta ha, terdiri dari lahan kering dan rawa. Di wilayah Asia Tenggara, Indonesia termasuk negara dengan luas lahan rawa yang terbesar, yakni luasnya sekitar 33 juta ha, 20,6 juta ha diantaranya merupakan lahan gambut. Lahan gambut tersebut sebagian besar tersebar di tiga pulau besar, yaitu Sumatera (35%), Kalimantan (32%), Papua (30%), Sulawesi (3%), dan sisanya (3%) tersebar pada areal yang sempit (Wibowo & Suyatno 1998;Wahyunto et al. 2005a;Wahyunto & Heryanto 2005b). Lahan gambut merupakan tanah organik yang mempunyai kandungan karbon tinggi dan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidrorologi.Luas lahan gambut yang demikian besar menjadi tantangan untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian untuk menghasilkan bahan pangan maupun bahan baku industri kehutanan. Melalui pengelolaan lahan gambut berkelanjutan (sustainable peatland management), lahan gambut dapat dikelola menjadi perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri dengan meminimalkan dampak kerusakan lingkungan. Tanaman sawit dan akasia yang ditanam di lahan gambut berfungsi sebagai penambat (sequester) karbon melalui proses fotosintesa dan karbon disimpan sebagai biomassa tanaman. Proses penambatan karbon melalui proses fotosintesa ini mampu mengimbangi hilangnya cadangan karbon dalam tanah yang teroksidasi menjadi emisi gas CO 2 .Disadari bahwa emisi karbon dari lahan gambut sangatlah berfluktuasi tergantung banyak faktor diantaranya iklim, tanah, dan hidrologis. Faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap besarnya emisi karbon dari lahan gambut adalah suhu dan kelembapan tanah, serta electrical conductivity (EC), atau daya hantar listrik (Saiz et al. 2007;Setia et al.