Latar belakang: Prevalensi diabetes mellitus terdiagnosis dokter di Kabupaten Sleman lebih tinggi dari angka nasional (1,5%) dan menempati posisi tertinggi ketiga dari semua kabupaten Provinsi DIY sebesar 2,47 %. Jumlah penderita DM di Jakarta Utara dan Kabupaten Tasikmalaya juga tinggi. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya DM seperti perilaku tidak tepat yang dapat meningkatkan kadar gula darah, antara lain gaya hidup yang berlebih, merokok, dan tidak patuh terhadap diit. Hal ini dapat menyebabkan diabetisi mudah terkena depresi. Beberapa penelitian menyatakan sebagian besar diabetesi mengalami depresi. Tujuan: untuk mengetahui hubungan kadar gula darah dengan tingkat depresi pada diabetisi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan di wilayah Yogyakarta, Jakarta Utara dan Tasikmalaya pada bulan April – Desember 2023 (9 bulan). Sampel penelitian ini merupakan diabetesi yang aktif menjadi anggota Prolanis di wilayah Yogyakarta, Jakarta Utara dan Tasikmalaya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 120 orang. Gula darah yang diambil ada dua yaitu gula darah sewaktu secara langsung dan kadar HbA1c dari data sekunder. Penilaian skor depresi diukur menggunakan DASS-21. Analisis data menggunakan Uji korelasi Spearman. Hasil: Hasil uji korelasi Spearman antara kadar GDS dengan skor depresi menunjukkan r = -0,285 dengan nilai ρ = 0,002 (ρ < 0,05). Hasil Uji Spearman antara kadar HbA1c dengan skor depresi menunjukkan r = -0,293 dengan nilai ρ = 0,002 (ρ < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar GDS dan HbA1c dengan skor depresi. Kesimpulan: Ada hubungan kadar gula darah dengan tingkat depresi.