Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapoiala Kabupaten Konawe

Abstract

Diare merupakan salah satu penyakit setiap pusat pelayanan kesehatan primer maupun rumah sakit selalu ada catatan angka morbiditasnya di seluruh dunia. Penyakit diare ini termaksud penyakit berbasis lingkungan dan selalu menjadi penyebab utama kematian anak di dunia. Penyebab diare sebagian besar berasal dari makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri penyebab diare yang didukung oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kapoiala Kabupaten Konawe tahun 2021. Jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 2.546 balita dan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional random sampling dengan besar sampel sebesar 130 balita. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat yang menggunakan analisis uji statistik Chi-square. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare dengan nilai p-value sebesar 1,000 >0,05, tidak ada hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian diare dengan nilai p-value sebesar 0,710 >0,05, ada hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare dengan nilai p-value sebesar 0,000 <0,05, ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare dengan nilai p-value sebesar 0,005<0,05, ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare dengan nilai p-value sebesar 0,000>0,05), serta tidak ada hubungan antara pengelolaan makanan dengan kejadian diare dengan nilai p-value sebesar 0,203>0,05).

Sanitation and Family Environmental Health Status and Its Association With Stunting in Kulon Progo, Indonesia

“…The results of other similar research conducted by Wulandari, et al in 2019 showed that there was a relationship between environmental sanitation and the incidence of stunting in the working area of the Kerkep Community Health Center, North Bengkulu district (16). Other research by Fitri in 2020 also shows that there is a relationship between family environmental sanitation and the incidence of stunting in toddlers in the work area of the Panti Health Center, Jember district (17). Poor environmental sanitation will cause diarrhea, worms and digestive tract infections.…”

Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita Wilayah Kerja Puskesmas Rias 2022

“…Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Panti Kabupaten Jember yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh ibu berdasarkan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p<0,001. 18 Hal ini disebabkan sebagian besar ibu balita dari kelompok kasus dan kontrol bahwa tidak memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL), tidak memiliki jamban, tidak memiliki tempat sampah dan membuang sampah serta membakar di belakang rumah, serta tidak menampung air bersih memasak. Beberapa responden mengganggap hal tersebut tidak penting dan tidak akan menimbulkan dampak berbahaya jika tidak memiliki SPAL, memerlukan biaya yang besar untuk membuat jamban, terutama yang dilengkapi dengan septic tank dan juga memerlukan lahan yang cukup, sementara kondisi yang ada jarak antar rumah sangat berdekatan serta hanya menunggu bantuan dari desa, tidak tersedianya fasilitas tong sampah yang diberikan serta tidak adanya jasa pengangkutan sampah dari pihak desa, dan tidak memiliki tempat yang bisa digunakan untuk menampung air berukuran besar dan hanya mengambil air bersih untuk memasak dari air galon.…”