Masyarakat kampung adalah aspek yang harus diamati dalam ketahanan pangan dan obat. Saat ini penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat cenderung dilakukan di lokasi yang berdekatan dengan kawasan hutan. Tidak menutup kemungkinan di era modernisasi saat ini masyarakat kampung yang tidak berdekatan dengan kawasan hutan juga mempunyai potensi dalam upaya mempertahankan kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat oleh masyarakat di Dukuh Tawang, Desa Sriti sebagai bentuk upaya kemandirian pangan dan obat. Penelitian dilaksanakan di Dukuh Tawang, Desa Sriti, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo pada bulan Desember 2022 dengan jenis data deskriptif. Sumberdata yang diperoleh dengan metode observasi, yaitu bertanya secara langsung kepada para responden. Pemilihan responden berdasarkan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tumbuhan pangan yang paling banyak dimanfaatkan dari famili Fabaceae (11 jenis) dan tumbuhan obat adalah famili Zingiberaceae (6 jenis). Masyarakat melakukan budidaya tumbuhan pangan di ladang (62 jenis), sawah (17 jenis), dan pekarangan (68 jenis), dengan tumbuhan obat di ladang (15 jenis), sawah (5 jenis), dan pekarangan (23 jenis). Selain itu mereka juga memanfaatkan tumbuhan liar untuk pangan dan obat. Jenis tumbuhan pangan yang paling banyak dibudidaya di pekarangan yaitu koro (Canavalia ensiformis), sedangkan untuk tumbuhan obat yaitu jahe (Zingiber officinale), laos (Alpinia galanga), dan kencur (Kaempferia galanga). Peran masyarakat Dukuh Tawang dalam menjaga kearifan tumbuhan pangan dan obat yaitu melakukan budidaya di pekarangan, sawah, dan ladang. Selain untuk kebutuhan pangan dan obat juga dapat diperjualbelikan.