Produksi budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) ditentukan oleh teknologi budidaya yang digunakan. Teknologi budidaya yang diterapkan berkaitan dengan kelayakan usaha budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan teknologi padat tebar, kincir dan blower yang berbeda terhadap pertumbuhan (Mean Body Weight/MBW, Average Daily Growth/ADG, size dan Feed Conversion Ratio/FCR), kelangsungan hidup dan kelayakan usaha (biaya investasi, biaya produksi, penerimaan, keuntungan, Break Evant Point/BEP, Revenue Cost Ratio/R/C ratio, Benefit Cost Ratio/ B/C Ratio dan Payback Period/PP). Penelitian dilaksanakan di tambak daerah Pandeglang, Banten, Indonesia selama tiga bulan. Tambak yang diamati sebanyak 3 petak dengan luasan 2500 m2. Hasil penelitian diperoleh pertumbuhan tertinggi pada tambak A2 berkisar 1,7 – 43,33 gram/ekor untuk MBW, berkisar 0,06 – 1,12 gram/hari untuk ADG, size berkisar 588 – 23 (1,70 – 43,33 gram/ekor), Nilai FCR sebesar 1,8 dan kelangsungan hidup sebesar 56,27%, sedangkan biomassa tertinggi diperoleh pada tambak A1 sebesar 7478,2 kg. Kelayakan usaha tambak A1 lebih tinggi pada variabel komponen biaya investasi sebesar Rp. 398.546.500, biaya produksi sebesar Rp. 739.016.921, penerimaan sebesar Rp. 961.766.878 dan BEP sebesar Rp. 98.822,83 untuk harga dan Rp. 15.560,87. Namun, nilai R/C Ratio, B/C Ratio dan PP terbaik didapatkan pada tambak A2. Secara umum, budidaya udang vaname dengan teknologi padat tebar 161 ekor/m3, penggunaan 14 kincir dengan kapasitas 1 HP (Horse Power) dan 1 buah blower dengan kapasitas 1 HP (Tambak A2) menunjukan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan kelayakan usaha.