2016
DOI: 10.14238/sp4.3.2002.129-34
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Imunogenitas dan Keamanan Vaksin DPT Setelah Imunisasi Dasar

Abstract: Imunisasi difteria, pertusis dan tetanus (DPT) telah lama masuk ke dalam program imunisasi nasional di Indonesia dan telah terbukti menurunkan angka kejadian maupun kematian yang disebabkan penyakit difteria, pertusis dan tetanus. Tujuan penelitian ini untuk melakukan evaluasi status kekebalan dan faktor keamanan terhadap penyakit difteria dan tetanus pada bayi yang mendapat imunisasi dasar DPT. Seratus enam puluh subjek bayi sehat yang dipilih secara random, dilakukan imunisasi secara intramuskular dengan dos… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1
1

Citation Types

0
1
0
5

Year Published

2016
2016
2021
2021

Publication Types

Select...
4

Relationship

1
3

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(6 citation statements)
references
References 9 publications
0
1
0
5
Order By: Relevance
“…4 Difteri dapat di cegah dengan Imunisasi DPT dan negara maju seperti Amerika Serikat sudah membuktikan, bahwa dengan melaksanakan imunisasi DPT secara optimal, mampu menurunkan angka kejadian dan kematian akibat difteri, pertusis dan tetatus. 5 Di Indonesia, pelaksanaan imunisasi DPT masih belum optimal, sehingga hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, cakupan DPT baru menacapai 75,6%. Hal ini menunjukkan masih ada daerah yang tidak diimunisasi, khususnya di Kabupaten Bangkalan bayi yang tidak diimunisasi mencapai 41,1% dan diimunisasi tidak lengkap mencapai 54,2%, sedangkan Kota Probolinggo, bayi yang tidak lengkap imunisasi sebanyak 16,4% dan yang tidak diimunisasi mencapai 7,2%., sehingga kedua kabupaten mengalami kasus difteri.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…4 Difteri dapat di cegah dengan Imunisasi DPT dan negara maju seperti Amerika Serikat sudah membuktikan, bahwa dengan melaksanakan imunisasi DPT secara optimal, mampu menurunkan angka kejadian dan kematian akibat difteri, pertusis dan tetatus. 5 Di Indonesia, pelaksanaan imunisasi DPT masih belum optimal, sehingga hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, cakupan DPT baru menacapai 75,6%. Hal ini menunjukkan masih ada daerah yang tidak diimunisasi, khususnya di Kabupaten Bangkalan bayi yang tidak diimunisasi mencapai 41,1% dan diimunisasi tidak lengkap mencapai 54,2%, sedangkan Kota Probolinggo, bayi yang tidak lengkap imunisasi sebanyak 16,4% dan yang tidak diimunisasi mencapai 7,2%., sehingga kedua kabupaten mengalami kasus difteri.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Seseorang yang sudah memiliki titer anti tetanus yang tinggi mempunyai risiko lebih tinggi terjadi reaksi lokal maupun kejadian sistemik. 13,33,34 Berdasarkan laporan yang dihimpun oleh WHO, 13 imunisasi Td menyebabkan reaksi lokal berupa nyeri, indurasi, dan kemerahan pada 10%−75% kasus. Pada beberapa kasus, terdapat indurasi yang berlangsung da lam beberapa minggu.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Imunisasi primer terhadap tetanus neonatorum pada bayi akan memberikan kekebalan 94%-100% selama 1-3 tahun. 33,34 Pemberian imunisasi ulang (booster)/ dosis ke-4 akan memberikan tambahan kekebalan selama 5 tahun, sampai usia 6-7 tahun. Dosis ke-5 toksoid tetanus diberikan dengan vaksin Td atau DT pada saat masuk sekolah akan memberikan tambahan kekebalan selama 10 tahun, yaitu sampai usia 17-18 tahun.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…3 Bayi yang memperoleh ASI akan memiliki respons imun yang berbeda terhadap beberapa vaksin jika dibandingkan bayi yang tidak memperoleh ASI. [4][5][6] Imunisasi dapat menimbulkan berbagai efek samping mulai dari yang ringan sampai berat. [7][8][9][10][11] Demam merupakan salah satu efek samping yang paling sering terjadi setelah imunisasi DTwP pada bayi 4,[11][12][13] sehingga sering menimbulkan kekhawatiran orang tua.…”
Section: Hasilunclassified
“…Asam lemak tersebut dapat mengurangi aktivitas mediator inflamasi IL-1 dan TNF yang berperan dalam patogenesis demam. 6,22,[25][26][27] Kadar IL-10 serum rata-rata pada bayi yang tidak mengalami demam 3,25 pg/mL, lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi yang mengalami demam pasca imunisasi 1,71 pg/mL. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar IL-10 yang tinggi dalam darah bayi kemungkinan berhubungan dengan kejadian demam yang rendah pasca imunisasi.…”
Section: Pembahasanunclassified