Income Smoothing Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

Abstract

Perataan laba sebagai salah satu bentuk manajemen laba yang merupakan tindakan tidak etis dan menyebabkan informasi dalam laporan keuangan menjadi kurang andal dan menghasilkan keputusan yang valid. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perataan laba yang dipengaruhi oleh cash holding, profitabilitas dan nilai perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 hingga 2018. Dengan menggunakan 30 sampel (6 perusahaan pertambangan) dari 43 populasi yang dipilih berdasarkan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor cash holding berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, sedangkan faktor profitabilitas dan nilai perusahaan tidak berpengaruh. Pengujian simultan model penelitian ini, menjelaskan 68,6% bahwa cash holding, profitabilitas dan nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh terhadap perataan laba.

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur dan Ukuran Perusahaan, Komite Audit terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI Periode 2017-2021

“…Penelitian terdahulu menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Dengan demikian pengaruh yang ditimbulkan adanya profitabilitas perusahaan memberikan hasil yang tidak konsisten terhadap manajemen laba, karena profitabilitas perusahaan dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap manajemen laba [10].…”

Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi, Laba Bersih, Perubahan Piutang, Perubahan Hutang Dan Perubahan Persediaan Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020)

“…Sektor pertambangan merupakan sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi salah satu sektor penyangga perekonomian Indonesia. Menurut (Apriliyani, Ika Berty., dan Reni Farwitawati,, 2021) hal ini dikarenakan salah satu hasil dari sektor pertambangan adalah sumber daya energi yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan industri dan sebagai sumber devisa. Tentunya sebagai negara yang memiliki hasil tambang yang sangat besar, potensi tersebut sangat menarik dan membuka peluang bagi perusahaan yang bergerak di sektor ini untuk berinvestasi, mengeksplorasi dan berkembang.…”

Pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial dan leverage terhadap income smoothing

“…Penelitian mengenai praktik income smoothing sudah banyak dilakukan.Savitri (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Can Effective Tax Rates Mediate the Effect of Profitability and Debts on Income Smoothing menggunakan variabel profitabilitas, hutang, tarif pajak dan income smoothingdengan objek penelitiannya perusahan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017. Apriliyani & Farwitawati (2021) dalam penelitiannya yang berjudul Income Smoothing Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan variabelcash holding, profitabilitas, nilai perusahaan dan income smoothing dengan objek penelitiannya perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018. Namun demikian yang membedakan dengan penelitian ini ialah adanya variabelkepemilikan manajerial dan leverage.…”

“…Terdapat kesesuaian hasil antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu penelitian (Maotama & Astika, 2020)dan (Yolanda et al, 2021) yang menunjukkan ditemukan adanya pengaruh antara profitabilitas dengan income smoothing.Profitabilitas yang tinggi membuat para pemegang saham percaya penuh bahwa kinerja perusahaan cukup stabil dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pemegang saham di masa depan (Wulan & Nabhan, 2021). ROA menunjukkan efektivitas perusahaan dalam pemanfaatan seluruh aset dan menunjukkan kemampuan manajemen dalam memperoleh laba, semakin meningkatnya ROA mengindikasikan laba yang dihasilkan semakin meningkat pula (Apriliyani & Farwitawati, 2021). Profitabilitas yang semakin meningkat biasanya Nur Ajizah Yunitasari, Wulandari Agustiningsih (2022).…”