Dampak proses menua pada lansia diantaranya inkontinensia urin. Pada studi pendahuluan, sebagian besar dari lansia (87,5%) mengakui kadang sering mengalami inkontinensia urin, 10 lansia (12,5%) memiliki ketergantungan penuh. Desain penelitian ini adalah eksperimen kuasi menguji pengaruh latihan Kegel terhadap kejadian inkontinensia pada lansia. Populasinya semua lansia usia > 60 tahun yang tinggal di Panti Purboyuwono Klampok, Brebes. Sampel merupakan lansia yang masih memiliki tingkat kognitif baik dan bisa melaksanakan aktivitas secara mandiri. Jumlah sampel yakni 38 orang. Uji inferensial yang dipakai dengan menggunakan uji paired t-test. Interpretasi dilakukan dengan membandingkan nilai p dengan nilai alpha (α = 0.05). Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya Ha diterima sedangkan bila nilai p > α, maka keputusannya Ha ditolak. Distribusi lansia dalam kemampuan pengontrolan eliminasi urin sebelum latihan Kegel : tidak dapat 25 lansia (65,79%), jarang 4 lansia (10,53%), kadang-kadang 8 lansia (21,05%), dan sering 1 lansia (2,63%). Adapun distribusi lansia dalam kemampuan pengontrolan eliminasi urin setelah latihan Kegel : jarang 2 lansia (5,26%), kadang-kadang 12 lansia (31,58%), dan sering 24 lansia (63,16%). Uji statistik one group sample paired t-test menunjukkan signifikansi 0.000. Nilai signifikansi 0.000 ≤ 0.05, sehingga Ha diterima. Latihan Kegel dilakukan selama 28 hari, 33 orang (86,84%) melaporkan adanya penurunan keluhan inkontinensia. Uji statistik didapatkan hasil adanya pengaruh latihan Kegel terhadap penurunan terjadinya inkontinensia urin pada lansia di Panti Wreda Purbo Yuwono Brebes. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian inkontinensia urin pada lansia di setting keluarga agar dapat mengetahui faktor lain dapat meningkatkan efektivitas latihan Kegel terhadap inkontinensia urin. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat melakukan intervensi latihan Kegel dalam waktu yang lebih lama lagi.