Pendahuluan: Saliva merupakan zat kaya biomarker yang sering digunakan sebagai indikator kesehatan tubuh. Saliva menunjukkan keadaan infeksi, status hormonal, imunologi, nutrisi, metabolisme, bahkan keganasan. Saat ini perkembangan alat diagnostik mengarah pada nanoteknologi, yang populer karena menawarkan prosedur non-invasif, akurat, dan efisien. Evaluasi terhadap deteksi penyakit mulut menggunakan saliva sebagai biomarker, khususnya yang menggunakan teknologi nano perlu dilakukan guna mengetahui sejauh mana metode tersebut membantu dalam ketepatan diagnosis penyakit mulut. Penelitian ini bertujuan untuk membahas peran biomarker saliva dalam mendeteksi penyakit mulut dengan metode nanoteknologi. Metode: Jenis penelitian systematic review. Pencarian research gap menggunakan strategi PICO. PubMed database digunakan untuk pencarian artikel penelitian, dan kata kunci yang digunakan berdasarkan MeSH. Pelaporan hasil riset systematic review menggunakan panduan PRISMA. Penilaian kualitas artikel dianalisis menggunakan QUADAS. Hasil: Deteksi penyakit mulut menggunakan biomarker saliva merupakan alternatif metode non-invasif, selain itu, dengan teknologi nano memperlihatkan hasil yang akurat dalam waktu singkat. Penyakit gigi dan mulut, baik kelainan genetik maupun patogenik, bersifat lokal maupun sistemik, dapat berkembang menjadi kelainan yang mengancam jiwa. Kondisi ini membutuhkan investigasi yang cepat, salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan peran pemeriksaan biomarker saliva menggunakan nanoteknologi. Simpulan: Penerapan nanoteknologi menggunakan biomarker saliva merupakan pilihan metode yang menjanjikan sebagai alat diagnostik baik di riset maupun klinis, khususnya dalam deteksi penyakit mulut.Kata kunci: Alat diagnostik, biomarker, nanoteknologi, penyakit mulut, saliva. ABSTRACTIntroduction: Saliva is a biomarker-rich substance often used as a health indicator of the human body. Saliva shows the state of infection, hormonal status, immunology, nutrition, metabolism, even malignancy. Currently, the development of diagnostic tools leads to nanotechnology, which is popular due to the non-invasive, accurate, and efficient procedures. Evaluation of the detection of oral diseases using saliva as a biomarker, especially those using nanotechnology, needs to be done to determine how this method helps in the accuracy of the diagnosis of oral diseases. This study was aimed to discuss the role of salivary biomarkers in the detection of oral diseases using nanotechnology methods. Methods: type of research is systematic review. Exploration for research gaps were using the PICO strategy, research articles were collected from Pubmed database, and keywords were determined based on MeSH. The results were reported using the PRISMA guidelines, and the quality of the articles was analysed using QUADAS. Results: Detection of oral diseases using salivary biomarkers was an alternative non-invasive method. Additionally, along with nanotechnology enable to show accurate results in a short time. Oral diseases, both genetic and pathogenic, occur locally or systemically and can develop into a life-threatening condition. This situation requires rapid investigation; one of the ways is by optimising the role of salivary biomarker assessment using nanotechnology. Conclusion: The application of nanotechnology using salivary biomarkers is a promising method option as a diagnostic tool in both research and clinical utility, especially in the detection of oral diseases. Keywords: Diagnostic tools, biomarker, nanotechnology, oral disease, saliva.