Inovasi Pemasaran Kain Tenun Ikat Desa Maubesi Kecamatan Insana Tengah Kabupaten Timor Tengah Utara

Abstract

Kabupaten Timor Tengah Utara didiami oleh suku Atoni yang di mana memiliki beragam corak tenun ikat. Tenun ikat yang berada di Kabupaten Timor Tengah Utara saat ini mulai memudar, disebabkan oleh proses pembuatannya yang memakan waktu cukup lama. Tujuan Penelitian untuk mengetahui tentang kondisi pengrajin kain tenun dan cara memasarkan kain tenun agar dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat di Desa Maubesi Kecamatan Insana Tengah Kabupaten Timor Tengah Utara. Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kain tenun ikat memiliki nilai ekonomi yang dapat mendukung kebutuhan rumah tangga dengan motif buna memiliki harga jual beli Rp. 1.000.000-6.000.000. Motif sotis kuib tenu Rp. 200.000-550.000, dan motif sotis mateta Rp. 200.000-550.000. Bahan baku pembuat kain tenun didapat dari toko, pasar, dan kios-kios terdekat. Kemudahan mendapatkan bahan baku pembuat kain tenun ikat ini menjadi salah satu keuntungan bagi produsen. Proses pembuatan kain tenun saat ini memakan waktu lebih singkat yaitu emam bulan untuk motif buna. Sedangkan untuk motif sotis kuib tenu, dan motif sotis mateta memakan waktu selama 2-4 minggu. Inovasi pemasaran yang dilakukan sehingga dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen adalah mengunggah hasil kain tenun tersebut dengan menaruh caption “ BISA COD“. Para penjual online mengatakan COD dengan kata lain “bisa di bayar di rumah dengan mencoba terlebih dahulu jika menyukainya boleh diambil, dan jika tidak menyukainya tidak mengapa”.
 Kata Kunci: Buna, Inovasi, Kuib Tenu, Mate, dan Pemasaran

Pendampingan Dan Pemasaran Kelompok Tenun Ikat Insana

“…Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki cukup banyak pengrajin tenun tradisional yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun dalam masyarakat (Setiawan & Suwarningdyah, 2014). Kain tenun bagi masyarakat Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) diyakini mempunyai nilai dan kandungan makna, selain itu motif juga tidak hanya membedakan seni budaya dan adat istiadat masing-masing suku yang terhimpun dalam kerajaan yang familiar dengan sebutan Biinmafo, tetapi mempunyai kaitan dengan pralambang status dan kedudukan sosial seseorang dalam kehidupan bermasyarakat (Bria & Conceicao, 2022).…”