The increasing demand of raw water in DKI Jakarta has caused excessive groundwater abstraction. It causes the groundwater level drop to certain level and has emerged cone of depression in some areas. Groundwater management as an effort to recover the groundwater level, requires an integrated groundwater monitoring system. Recently, there are approximately 161 groundwater monitoring wells in Jakarta groundwater basin. Those wells are generally categorized as secondary network, since determined by groundwater abstraction activity. Meanwhile, a representative primary network to monitor the natural condition of groundwater in each aquifer layer is not yet available completely. The method of Inverse Distance Weighting (IDW) spatial estimation is applied to determine the number and distribution of primary monitoring wells based on aquifer geometry using Groundwater Modeling System (GMS) software. Based on the aquifer geometry, it can be arranged monitoring zones and the number of monitoring wells in each zone. There are 9 monitoring zones in Jakarta groundwater basin consist of 1 zone with 1 monitoring well, 2 zones with 2 monitoring wells, 3 zones with 3 monitoring wells, and 3 zones with 4 monitoring wells, so that the total of primary monitoring wells for groundwater monitoring in Jakarta groundwater basin is 26 monitoring wells. This research is expected to be useful for stakeholders to optimize the representative monitoring wells network based on aquifer geometry in sustainable groundwater management.Kebutuhan air baku di wilayah DKI Jakarta yang terus meningkat telah menyebabkan pengambilan air tanah yang berlebihan. Hal ini berdampak pada turunnya Muka Air Tanah (MAT) hingga level tertentu dan memunculkan kerucut penurunan MAT di sejumlah wilayah. Pengelolaan air tanah sebagai upaya memulihkan level MAT membutuhkan suatu sistem pemantauan air tanah yang terpadu. Pada saat ini terdapat sekitar 161 sumur pantau air tanah di Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta. Sumur-sumur tersebut pada umumnya dikategorikan sebagai jaringan sekunder, karena ditentukan berdasarkan aktivitas pengambilan air tanah. Sementara itu, jaringan primer yang representatif untuk memantau kondisi alamiah air tanah di tiap lapisan akuifer belum tersedia secara lengkap. Metode estimasi spasial Inverse Distance Weighting (IDW) diterapkan untuk menentukan jumlah dan distribusi sumur pantau primer berdasarkan geometri akuifer menggunakan perangkat lunak Groundwater Modeling System (GMS). Berdasarkan geometri akuifer yang dihasilkan dapat disusun zona-zona pemantauan dan jumlah sumur pantau di tiap zona. Terdapat 9 zona pemantauan di CAT Jakarta yang terdiri dari 1 zona dengan 1 sumur pantau, 2 zona dengan 2 sumur pantau, 3 zona dengan 3 sumur pantau, dan 3 zona dengan 4 sumur pantau, sehingga total sumur pantau primer untuk memantau kondisi alamiah air tanah CAT Jakarta adalah 26 sumur pantau. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemangku kepentingan untuk menentukan jaringan sumur pantau yang representatif berdasarkan geometri akuifer dala...