Penelitian ini membahas mengenai penanda kesantunan para pelaku wisata di Kota Parapat, Danau Toba. Kondisi masyarakat multietnis secara tidak langsung mempengaruhi model bahasa para pelaku wisata di daerah ini seperti resepsionis, pemandu wisata, penjual souvenir, pegawai hotel, petugas pelabuhan, pedagang dan penyedia jasa lainnya. Untuk itu, kajian sosiopragmatik dengan pendekatan lintas budaya sangat tepat digunakan. Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi, catatan lapangan, simak dan rekam, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan para pelaku layanan wisata menggunakan berbagai penanda kesantunan berbahasa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti situasi keformalan, upaya menjaga perasaan pengunjung, membujuk, menjaga kesantunan serta keuntungan finansial. Tidak jarang pelaku layanan wisata juga menggunakan sapaan kedaerahan makna kiasan dan martarombo sebagai upaya menunjukkan kesantunan. Jadi, pelaku wisata di kota Parapat menggunakan berbagai penanda kesantunan verbal dan non-verbal dalam register pelayanan pariwisata untuk melayani wisatawan.
Kata Kunci: Kesantunan Berbahasa, Layanan Wisata, Lintas Budaya