Latar belakang: Kekerasan verbal yang terjadi di Indonesia mengalami peningkatan pada masa pandemi COVID-19. UNICEF menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kekerasan pada anak tertinggi se-Asia Tenggara. Menurut data Wahana Visi Indonesia pada Juli 2021, sebanyak 33,8% anak mengalami kekerasan verbal. Kekerasan verbal berpotensi memberikan dampak besar dan berkepanjangan pada anak apabila tidak segera dicegah ataupun dihentikan.
Tujuan: Mengetahui bentuk dukungan sosial instrumental yang didapatkan dalam upaya meningkatkan penerimaan diri remaja penyintas kekerasan verbal di Surabaya
Metode: Desain penelitian kualitatif melalui indepth interview. Informan penelitian yakni remaja penyintas kekerasan verbal di Surabaya yang terhubung dengan komunitas Rumah Remaja Surabaya. Data dianalisis secara kualitatif dan menggunakan metode triangulasi sumber untuk memeriksa keabsahan data.
Hasil: Seluruh informan utama yakni remaja penyintas kekerasan verbal berjumlah 7 orang mengatakan bahwa mereka membutuhkan dukungan instrumental berupa teman bicara atau ditemani seseorang, selain itu 6 dari 7 remaja penyintas kekerasan verbal mengatakan belum mendapatkan dan memerlukan konseling dengan tenaga medis professional serta pengobatan.
Kesimpulan: Penyintas kekerasan verbal di Surabaya mendapatkan dukungan instrumental terbesar berupa teman bicara dari teman sebaya, dukungan instrumental dari keluarga yang terbatas karena kurang keterbukaan, dan belum mendapat dukungan instrumental dari tenaga profesional.