Kant, the Philosophy of Mind, and Twentieth-Century Analytic Philosophy

Abstract

This chapter provides a background to the essays in Kant and the Philosophy of Mind. In the first part of the chapter, some of the issues in the philosophy of mind which are addressed in Kant’s Critical writings are summarised. The second part charts some of the ways in which that discussion influenced twentieth-century analytic philosophy of mind, with particular focus on the way in which Kant’s writings were taken up in the work of Wilfrid Sellars and P.F. Strawson. Finally, some of the themes which characterise Kantian approaches in the philosophy of mind are identified.

Kritik Terhadap Penganut Agama Kristen Dan Agama Suku Menurut Perspektif Immanuel Kant Dalam Konteks Suku Boti

“…Argumen moral, kemudian tidak akan menunjukkan bahwa ada Tuhan atau kehidupan di masa depan, juga tidak akan menambahkan secuil pun bukti yang mendukung keberadaan mereka. Namun, atas dasar pertimbangan praktis yang berlaku untuk setiap orang secara pribadi sebagai agen moral, Kant mengusulkan untuk membenarkan dan bahkan secara rasional untuk menuntut dari setiap orang keyakinan pribadi ada Tuhan dan kehidupan masa depan (Gomes, 2017).…”

“…Hal ini memberi penjelasan tentang agen yang berpikir dan memahami sesuatu. Yang kedua terjadi di Paralogisms of Pure Reason dan terdiri dari sekumpulan kritik terhadap konsepsi psikolog rasional tentang diri sebagai kesatuan yang sederhana dan substansial yang bertahan sepanjang waktu (Gomes, 2017).…”

“…Erkenntnis adalah istilah teknis dan meskipun terjemahan bahasa Inggris awal abad ke-20 menerjemahkan istilah tersebut sebagai pengetahuan, telah terjadi peningkatan pengakuan dalam beberapa dekade terakhir bahwa Erkenntnis tidak dapat diidentifikasi dengan pengetahuan, BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen www. http://jurnal.sttissiau.ac.id/Volume 4/Nomor 1/Juni 2023/hal 108-127 setidaknya jika pengetahuan dipahami sebagai jenis pengetahuan proporsional yang telah menjadi subjek epistemologi kontemporer (Gomes, 2017).…”

“…Dengan demikian, mampu membumikan interaksi (bukan mental maupun materi). Jelas bahwa Kant menggunakan idealisme transendentalnya untuk membuang masalah hubungan pikiran dan materi (Gomes, 2017).…”