Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulaun, sehingga kapal merupakan alat transportasi yang penting untuk menyeberang antar pulau. Dewasa ini pembuatan lambung kapal masih menggunakan serat gelas padahal serat gelas tidak ramah lingkungan. Di sisi lain, Indonesia merupakan salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, hal ini mengakibatklan banyaknya limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang apabila tidak dimanfaatkan akan mencemari linkungan. Namun sekarang TKKS mulai digunakan seratnya untuk membuat komposit sebagai pengganti serat gelas. Dikarenakan kebutuhan kapal yang sangat tinggi di Indonesia dan serat TKKS yang melimpah maka perlu dilakukan penelitian tentang potensi penggunaan serat TKKS sebagi penguat komposit untuk membuat lambung kapal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peluang apakah serat tandan kosong kelap sawit bisa menggantikan serat gelas dalam industri kapal. untuk mengetahui layak atau tidak maka perlu dilakukan karakterisasi komposit berpenguat serat TKKS. Karakter yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kekuatan Tarik dan bending komposit berpenguat serat TKKS dengan variasi fraksi volume dan Panjang serat. Setelah diketahui kekuatan Tarik dan bending komposit berpenguat TKKS maka hasilnya dibandikan dengann kekuatan Tarik dan bending minimum yang diijinkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Fraksi volume yang diteliti adalah fraksi volume serat 20%, 30%, dan 40%, sedangkan Panjang seratnya adalah 4 cm, 6 cm, dan 8 cm. Dari penelitian ini didapatkan bahwa fraksi volume terbaik adalah farksi volume serat 30% dengan kekuatan Tarik dan bending masing-masing adalah 12,35 Mpa dan 47,7 Mpa . Sedangkan Panjang serat terbaik adalah 8 cm dengan kekuatan Tarik dan bending masing -masing adalah 13.3 Mpa dan 40,89 Mpa. Akan tetapi kekuatan Tarik dan bending yang dihasilkan tersebut masih jauh dibawah kekuatan Tarik dan bending minimum yang diijinkan oleh BKI. Oleh sebab itu komposit berpenguat serat TKKS tidak bisa diaplikasikan untuk lambung kapal.