Latar belakang: Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 27,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan target penurunan dalam lingkup nasional yaitu 19%. Stunting pada balita mempunyai dampak jangka panjang seperti produktivitas yang kurang, kemampuan kognitif yang rendah, dan kenaikan berat badan yang berlebih. Rendahnya asupan zat gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting, sehingga kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan asupan energi, protein, zat besi, dan seng terhadap kejadian stunting pada balita di Indonesia.Metode: Kajian ini menggunakan literature review. Penelusuran artikel dilakukan melalui jurnal, laporan, dan prosiding dalam 10 tahun terakhir. Ditemukan 606 studi dan diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan 606 studi didapatkan 40 studi yang memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan kajian.Hasil: Berdasarkan studi yang dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan prevalensi stunting paling tinggi pada tahun 2019 di Nusa Tenggara Timur sebesar 43,82%. Hasil telaah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi, protein, zat besi, dan seng yang rendah terhadap kejadian stunting. Studi menjelaskan asupan energi berisiko 16,71 kali, asupan protein berisiko 26,71 kali, asupan zat besi berisiko 4 kali, dan asupan seng berisiko 9,24 kali lebih besar terhadap kejadian stunting.Simpulan: Asupan zat gizi pada daerah di Indonesia masih rendah, pada umumnya disebabkan karena konsumsi sumber karbohidrat, protein hewani, dan pengetahuan ibu mengenai pola pemberian makan yang masih rendah. Sehingga diperlukan pemantauan status gizi secara berkala dan memperkuat program pencegahan stunting seperti edukasi kepada ibu mengenai pola pemberian makan pada balita.ABSTRACT Title: Macronutrient and Mineral Intake Associated with Stunting among Indonesian Toddlers: A Literature ReviewBackground: The prevalence of stunting in Indonesia in 2019 is 27,6%, higher than the target of the national reduction of 19%. Stunting has long-term impacts such as less productivity, cognitive ability, and the risk of chronic disease. Low nutrient intake is one of the risk factors of stunting. This study aims to identify the relationship of energy, protein, iron, and zinc intake with stunting among Indonesian toddlers.Method: This study uses the literature review method. The article search is conducted through journals, reports, and proceedings in the last 10 years. The search result from the article found 606 studies and selected according to the criteria of inclusion. Based on 606 studies obtained 40 studies that meet the criteria of inclusion for review.Result: Based on the result of the literature review in Indonesia showed the highest prevalence of stunting in 2019 in East Nusa Tenggara is 43.82%. The results showed a significant correlation between low energy, protein, iron, and zinc intake with stunting. The study describes low protein intake to be the nutrient intake most associated with stunting, followed by energy, zinc, and iron intake. Risk factors of nutrient intake were 2,52-16,71 times due to low energy intake, 1,6-26,71 times due to low protein intake, 2,87-4 times due to low iron intake, and 1,29-9,24 times due to low zinc intake.Conclusion: Low intake of energy, protein, iron, and zinc has a significant relationship with stunting among Indonesian toddlers. Low protein intake is the most associated nutrient intake for stunting under five.Keywords: Stunting; nutrient intake; toddler