Prevalensi angka hipertensi di Indonesia cukup tinggi 31,4% yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya tingkat konsumsi garam berlebihan. Diet garam atau mengonsumsi garam rendah natrium merupakan alternatif untuk mengurangi kasus hipertensi. Garam diet dapat diproduksi dengan beberapa metode salah satunya metode fortifikasi. Kerang pisau memiliki kandungan gizi tinggi khususnya kandungan protein, oleh karena itu baik digunakan sebagai bahan pembuatan garam fortifikasi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi garam kasar dan tepung kerang pisau terbaik dalam pembuatan garam fortifikasi berdasarkan karakteristik sensori dan mikroba. Perlakuan yang digunakan meliputi garam kasar yang dihaluskan dan tepung kerang pisau. Perbandingan konsentrasi garam (%) dan tepung kerang pisau (%) yaitu 95:5 (F1), 90:10 (F2), 85:15 (F3), 80:20 (F4), 75:25 (F5), dan 50:50 (F6). Parameter kimia yang diamati, yaitu NaCl, kadar air, protein, abu, lemak, dan karbohidrat. Parameter mikroba yang diamati, yaitu bakteri Escherichia coli. Parameter sensori yang diamati meliputi tekstur, warna, aroma, dan rasa. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa perlakuan F6 (50:50%) terbaik dengan nilai tekstur 7,2 (suka); aroma 6,53 (netral); warna 7,2 (suka); dan rasa 7,93 (suka) dari skala 1-9. Karakteristik kimia garam fortifikasi perlakuan terbaik (F6), yaitu NaCl 52,52%, kadar air 6,61%, protein 42,11%, abu 46,6%, lemak 0,98%, dan karbohidrat 3,7%. Kelimpahan bakteri E. coli pada seluruh produk yaitu <3 MPN/g. Perlakuan F6 (50%:50%) dapat direkomendasikan sebagai perlakuan terbaik berdasarkan hasil pengujian parameter mikroba dan sensori.